*)CAHAYA PASUNDAN
Oleh : Prof.Dr. H. Ali Anwar,M.Si (Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan)
Pejabat negara, seperti Gubernur, Wali Kota dan bupati memiliki tanggung jawab terhadap jabatannya, selain itu, seorang pemimpin juga memiliki tanggung jawab kepada masyarakat yang dipimpinnya, yaitu berupa tanggung jawab moral.
Para pemimpin harus bisa memberikan teladan yang baik dan benar, bukan hanya dalam hal kedinasan, tetapi juga dalam perilaku sehari-hari di tengah masyarakat.
Seorang pemimpin tidak bisa berdalih urusan pribadi Ketika ia berperilaku tidak sesuai dengan etika dan norma apalagi melanggar ajaran agama.
Pejabat negara memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari pada warga biasa, sehingga harus berhati-hati dalam berperilaku sehari-hari.
Maka dari itu agama Islam mengajarkan kepada umatnya terutama kepada mereka yang diamanahi sebuah tanggung jawab kepemimpinan, untuk bersikap sebagaimana seharusnya bersikap dan berakhlak dalam keseharian.
Rasulullah Sebagai Teladan Seorang Pemimpin
Sebagaimana Akhlak seorang pemimpin sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sehingga beliau menjadi contoh dan teladang bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang berakhlak mulia dapat melahirkan sikap yang positif dalam kepemimpinannya, cermat dalam mengambil keputusan, bersikap terbuka dan toleran, hidup sederhana dan tidak bermewah mewahan, melindungi rakyat, mau mendengar kritik, bijaksana, bersikap dinamis, dan selalu berusaha melakukan perubahan kea rah yang lebih baik melalui pembaruan dan kreativitasnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda “Barang siapa menemukan kreasi yang baik dalam Islam, kemudian diikuti dan dipraktikan oleh orang lain, maka baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang turut mempraktikannya.” (HR Muslim)
Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki sikap adil dan mencintai keadilan. Sebab tanpa sikap adil, seorang pemimpin akan cenderung bertindak otoriter, zalim, dan durhaka dalam kepemimpinannya.
Hal ini tertera dalam firman Allah Qur’an Surat Al-Maidah ayat 8 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, dan menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah (05:08))
Dalam perspektif Islam, kepemimpinan merupakan suatu Amanah, dan seorang pemimpin harus menjaga Amanah tersebut dengan baik.
Sebagai pengemban Amanah, pemimpin bertanggung jawab atas nasib dan kesejahteraan rakyatnya. Ia harus mengetahui kondisi warganya dan sebisa mungkin memenuhi hajat hidup mereka.
Hal tersebut dijelaskan pada suatu hadist yang berbunyi “Siapapun yang dikehendaki Allah untuk memimpin, namun ia tidak menjalankan kepemimpinan itu dengan kesetiaan (Kepada rakyat) makai a tidak akan mencium wangi surga” HR Al-Bukhari. (Nis)