BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Menjelang Hari Raya Idul Fitri, harga beberapa bahan pangan di Kota Bandung dipastikan mengalami kenaikan. Salah satunya adalah daging ayam dan telur ayam yang merupakan bahan pangan yang paling banyak dicari masyarakat.
“Seperti tradisi, warga banyak membuat kue menjelang lebaran. Sehingga, kebuthan telur ayam dipastikan meningkat. Demikian juga dengan daging ayam, yang menjadi favorit warga saat lebaran,” ujar Anggota Komisi B DPRD Kota Bandung, H. Wawan Mohamad Usman, SP.
Menurut Wawan kenaikan itu merupakan hal yang wajar mengingat permintaan secara umum meningkat, namun persediaan relatif terbatas. Demikian juga dengan kebutuhan ayam, yang memang harganya sudah mengalami peningkatan di tingkat eceran.
“Harga ayam dan telur memang akan sangat bergantung ketersediaan. Karena, permintaan kan memang sudah dipastikan meningkat menjelang idul fitri ini,” tuturnya.
Di sisi lain, lanjut Wawan, di dunia peternakan, jumlah peternakan ayam dan telur terbatas, karena keterbatasan ini, sehingga dipastikan harga akan mengalami kenaikan.
“Banyak peternak rakyat yang mengalami kerugian karena tingginya harga pakan dan DOC. Kalau dulu kan di kampung-kampung banyak yang memelihara ayam, sehingga, banyak orang yang membeli ayam kampung. Kalau sekarang sudah jarang bahkan hampir tidak ada,” jelasnya.
Wawan mengakui, memang ada angin segar untuk para peternak, karena ada panen jagung, sehingga harga jagung mengalami penurunan.
“Penurunan harga jagung ini lumayan, karena sebelumnya Rp9 ribu, sekarang menjadi Rp6 ribu,” tambahnya.
Solusi Mengatasi Kenaikan Harga Pangan
Untuk mengatasi kenaikan harga pangan, Wawan mengatakan, Pemkot Bandung harus mengadakan operasi pasar agar keterjangkauan konsumen tetap terjaga, dan yang terpenting ketersediaan agar tetao terjaga.
“Karena yang paling penting adalah ketersediaan bahan pangan nya ada. Sehingga harga bisa dikendalikan,” jelsanya.
Di sisi lain, Pemkot Bandung juga harus melaksanakan kerjasama dengan kota/ kabupaten lainnya. Karena, sampai sekarang belum ada kerjasama resmi dengan kota kabupaten lain yang merupakan kota penyedia bahan pangan.
“Kita memang belum ada kerjasama dengan kota/kabupaten lain. Padahal ketersediaan pangan kita sangat bergantung dari wilayah penyedia. Namun kondisi ini, terbantu dengan adanya pasar induk, seperti PAsar Induk Caringin dan Pasar Induk Gedebage,” tuturnya.
Disinggung mengenai kemungkinana da pihak-pihak yang menimbun barang, Wawan mengatakan hal tersebut bisa saja terjadi. Mengingat telur bisa bertahan beberapa bylan.
“Semestinya bulog bisa menjamin dan menjaga kestabilan harga selama beberapa bulan ke depan. Agar harga di pasaran bisa ditekan dan tidak terlalu tinggi,” jelasnya. (put)