BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Kontak erat dengan penderita infeksi Mpox atau disebut Cacar Monyet menjadi salah satu cara penular cacar monyet. Hal tersebut diungkapkan Dosen Fakultas Kedokteran Unpas Primal Sudjana, dr., Sp.PD., K-PTI., FINASIM., MH.Kes., MMRS., PIA.
Seperti dikutip Pasjabar dari laman resmi Unpas, Jumat (13/9/2024), disebutkan jika penularannya bisa terjadi antarmanusia, seperti melalui kontak kulit dengan kulit, kontak mulut dengan mulut atau mulut dengan kulit. “Bisa juga melalui percikan nafas saat bicara dan batuk dengan jarak dekat,” ujarnya.
Bukan hanya itu, penularan cacar monyet juga bisa terjadi melalui peralatan yang terkontaminasi cairan tubuh penderita.
“Seperti melalui tindik, jarum tato atau peralatan cukur. Virus ini juga dapat menular dari ibu ke janinnya saat hamil ataupun saat melahirkan,” paparnya.
Bukan hanya dari manusia, namun cacar monyet juga bisa ditularkan dari hewan yang terkena cacar monyet kemudian mengigit, cakaran, “Atau manusia makan daging hewan yang terkena cacar monyet tersebut,” tutur Dokter Spesialis Penyakit Dalam sub Spesialis Penyakit Tropis dan Infeksi di Rumah Sakit Pasundan ini.
Lebih lanjut dikatakannya, jika seseorang tertular virus Mpox atau cacar monyet, biasanya setelah 6 – 13 hari baru akan timbul gejala, walaupun dapat berkisar antara 5-21 hari.
“Gejala yang timbul dikelompokan menjadi 2 fase, yaitu fase akut (prodromal) dan fase erupsi. Fase akut atau fase prodromal dapat berlangsung selama 5 hari. Gejala yang timbul antara lain berupa demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening (biasanya di leher, ketiak, selangkangan), nyeri punggung, nyeri otot, dan badan terasa letih dan lesu. Selain itu dapat juga terjadi gejala pernapasan seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk,” jelasnya.
Primal menyampaikan terdapat beberapa kelompok yang rentan terinfeksi cacar monyet yakni para tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan terinfeksi, orang serumah, seruangan atau seasrama dengan penderita infeksi Mpox, anak-anak, orang dengan banyak pasangan seksual termasuk kelompok laki suka laki (LSL) dan para PSK beserta penggunanya.
Sedangkan untuk pencegahan dikatakannya pasien bisa menghubungi tenaga medis atau tenaga kesehatan untuk mendapat bantuan/nasihat.
“Diam di rumah dan bila ada tinggal di kamar yang berventilasi baik. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau memakai hand sanitizer. Apalagi bila telah menyentuh ruam. Memakai masker dan tutup ruam bila bertemu orang lain sampai ruam hilang. Jaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali bila bertemu seseorang). Hindari meraba barang-barang yang tidak perlu saat berbagi ruangan/tampat dan disinfeksi ruangan sesering mungkin. Kumur-kumur dengan air garam bila ada luka di mulut,” jelasnya.
Selain itu hida juga dihindari dengan mandi dengan air hangat yang diberi baking soda atau garam Epsom untuk ruam, apabila nyeri atau ada demam dapat minum parasetamol.
Jangan mengelupas ruam atau memecahkan gelembung ruam karena akan memudahkan virus menyebar, terkena infeksi dan memperlambat penyembuhan. (*/tie)