BANDUNG BARAT, WWW.PASJABAR.COM – Sebuah tembok penahan tebing atau TPT di bahu jalan ruas Jalan Nasional Padalarang – Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, ambrol pada Kamis (10/7/2025).
Peristiwa ini terjadi di Kilometer 16, tepatnya di wilayah Desa Campaka Mekar, Kecamatan Ngamprah.
TPT yang ambrol di kawasan Padalarang tersebut menyebabkan material longsoran menutup aliran Sungai Cimeta. Serta memunculkan potensi longsor susulan yang membahayakan pengendara.
Kondisi
Dari pantauan di lokasi, kondisi tembok penahan tanah yang berada di sisi bahu jalan nasional tampak mengalami kerusakan cukup parah.
Bongkahan TPT yang runtuh disertai dengan tumbangnya beberapa pohon besar ke arah aliran sungai. Sehingga menghambat jalur air dan berpotensi menyebabkan banjir jika hujan kembali mengguyur kawasan tersebut.
Peristiwa ini diduga kuat dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah Padalarang dan sekitarnya pada malam sebelumnya.
Tingginya intensitas curah hujan menyebabkan struktur tanah di sekitar tebing menjadi labil dan tidak mampu lagi menahan tekanan air.
Hal ini memperparah kondisi TPT yang kemungkinan telah mengalami penurunan kualitas struktur akibat usia dan kurangnya perawatan.
Selain mengganggu aktivitas warga dan lalu lintas kendaraan, pergerakan tanah di lokasi tersebut juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan para pengguna jalan.
Pasalnya, ruas jalan nasional Padalarang–Purwakarta tergolong padat dan kerap dilalui oleh kendaraan berat. Termasuk truk pengangkut logistik dan sembako.
Anggota Koramil Padalarang, Serma TNI Nana Herdiaman, menyebut bahwa jalur tersebut merupakan salah satu jalur vital yang menghubungkan Bandung dan Purwakarta.
“Ruas jalan ini termasuk jalur padat, terutama dilalui kendaraan berat pengangkut sembako dan barang dari arah Bandung menuju Purwakarta maupun sebaliknya. Jadi sangat berisiko kalau tidak segera ditangani,” ujarnya.
Hingga kini, belum ada penanganan langsung dari instansi teknis seperti Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) atau BPBD setempat.
Aparat kewilayahan baru memasang garis pembatas dan papan peringatan di sekitar lokasi untuk mencegah pengendara terlalu mendekat ke area rawan.
Warga berharap pihak terkait segera melakukan langkah tanggap darurat guna menghindari terjadinya korban jiwa maupun kerusakan yang lebih besar. Selain itu, normalisasi aliran Sungai Cimeta juga menjadi hal mendesak agar tidak menimbulkan bencana turunan lainnya. (uby)












