Bandung, www.pasjabar.com — Pemerintah Kota Bandung kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap kelompok rentan melalui program bertajuk “Bandung Nyaah Ka Indung”. Pada Jumat (20/6/2025), Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, mengunjungi rumah Ma Aah, salah satu ibu asuh yang menjadi penerima manfaat di RT 07 RW 04, Kelurahan Pungkur, Kecamatan Regol.
Program ini dijalankan serentak oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Bandung sebagai bagian dari gerakan sosial yang bertujuan membangun rasa empati dan solidaritas, khususnya kepada para lansia dan perempuan kepala keluarga yang hidup dalam kondisi ekonomi rentan.
ASN Bandung Turun Langsung ke Lapangan
Berbeda dari sekadar bantuan tunai atau formalitas kegiatan sosial, “Bandung Nyaah Ka Indung” melibatkan ASN secara langsung untuk turun ke lapangan dan membangun hubungan kemanusiaan dengan para ibu asuh.
Program ini tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga membangun ikatan emosional sebagai bentuk nyata kepedulian.
“Program ini mengajak kita untuk menyapa, menyentuh, dan memperhatikan secara langsung kehidupan para ibu-ibu yang selama ini mungkin terabaikan,” ujar Wakil Wali Kota Erwin di sela kunjungannya.
Fokus pada Lansia dan Perempuan Rentan
Kelompok sasaran dari program ini adalah lansia, janda, dan perempuan kepala keluarga yang sering kali luput dari perhatian sosial.
Mereka adalah bagian penting dari komunitas yang memiliki banyak pengalaman hidup, namun terkadang menghadapi hari tua dalam kesepian dan keterbatasan.
Dengan menggandeng ASN sebagai ‘anak asuh’ bagi para ibu asuh, program ini bertujuan untuk menciptakan sistem dukungan sosial yang lebih manusiawi dan inklusif.
Tidak hanya memberi sembako atau bantuan logistik, ASN juga diharapkan melakukan kunjungan rutin, mendengarkan keluh kesah, dan menjadi tempat berbagi cerita.
Program Enam Bulan, Diharapkan Berkelanjutan
Program “Bandung Nyaah Ka Indung” dirancang untuk berlangsung selama enam bulan. Namun antusiasme dan dampak positif dari program ini membuat banyak pihak berharap agar durasinya diperpanjang.
“Selama enam bulan ke depan, kita evaluasi terus. Kalau masyarakat merasakan manfaatnya, tentu akan kita perpanjang dan perluas cakupannya,” kata Erwin.
Ia juga menyebut bahwa kolaborasi dengan komunitas lokal dan pihak swasta akan menjadi langkah lanjutan untuk memperkuat program ini.
Membangun Kota yang Lebih Peduli
Melalui pendekatan yang personal dan penuh kasih, Pemkot Bandung ingin menciptakan budaya baru dalam tata kelola kota: budaya empati.
“Bandung Nyaah Ka Indung” bukan hanya program sosial biasa, tetapi juga simbol bahwa pemerintah dan warganya bisa bersinergi menciptakan lingkungan yang saling peduli.
Pemkot Bandung memfokuskan perhatian pada kelompok rentan dan jarang disorot.
Ini menegaskan bahwa kemajuan kota tidak hanya diukur dari infrastruktur, tetapi juga dari cara memperlakukan orang-orang yang paling membutuhkan perhatian. (Eci)










