BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Di tengah mahalnya harga beras di pasar tradisional, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan keyakinannya bahwa harga beras akan segera kembali stabil.
Hal ini, menurutnya, seiring dengan dimulainya masa panen di sejumlah daerah di Jawa Barat. Dan dukungan cuaca yang cenderung basah selama musim tanam.
Pantauan di sejumlah pasar tradisional Kota Bandung menunjukkan adanya kenaikan harga beras dalam beberapa pekan terakhir.
Harga beras jenis medium saat ini dijual sekitar Rp14.000 per kilogram, naik sekitar Rp1.000 dari harga sebelumnya. Sementara itu, harga beras premium naik menjadi Rp16.000 per kilogram.
Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Dedi mengatakan bahwa kenaikan harga beras terjadi seiring dengan naiknya harga gabah di tingkat petani.
“Harga gabah saat ini berkisar antara Rp6.700 hingga Rp7.000 per kilogram. Ini menjadi kabar baik bagi para petani yang sedang menikmati hasil kerja keras mereka,” ujarnya saat ditemui di Bandung, Rabu (6/8/2025).
Menurut Dedi, panen di sejumlah wilayah di Jawa Barat telah mulai berlangsung dan diharapkan dapat menambah pasokan beras di pasar. Sehingga menekan harga dalam waktu dekat.
Selain itu, ia menilai musim kemarau tahun ini relatif pendek, memungkinkan petani untuk mempercepat proses tanam ulang.
“Cuaca yang cenderung basah di Jawa Barat menjadi faktor penting. Ini mempercepat tanam ulang dan mendukung ketahanan pangan daerah,” jelas mantan Bupati Purwakarta itu.
Stabilitas Pasokan Penting
Ia menambahkan bahwa stabilitas pasokan beras sangat penting, terutama menjelang akhir tahun di mana permintaan biasanya meningkat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun disebut telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menjaga pasokan dan distribusi tetap lancar.
Di sisi lain, masyarakat mengaku keberatan dengan kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini. Sejumlah warga berharap pemerintah bisa segera membuat harga stabil dan memastikan ketersediaan beras di pasar tradisional.
Meski harga beras melonjak, para petani masih menjadi pihak yang mendapat keuntungan karena harga gabah yang tinggi. Dedi pun berharap momentum ini dapat dimanfaatkan untuk terus meningkatkan produksi pangan lokal. (uby)












