BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Isye Susilawati (40) menjadi pembeda di skuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang akan berlaga di Homeless World Cup (HWC) 2019 Cardiff, Wales, 27 Juli hingga 3 Agustus 2019. Ia adalah satu-satunya perempuan di dalam tim.
Skuat Timnas sendiri terdiri dari delapan pemain. Isye direkrut untuk mewakili perempuan di tim sebagai perwakilan isu kesetaraan gender. Ia sekaligus mewakili kalangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Isye ternyata sempat nyaris berangkat mengikuti HWC 2013 di Polandia. Tapi, sejumlah kendala akhirnya membuat Isye dan tim perempuan saat itu urung berangkat.
Kesempatan itu akhirnya dimiliki Isye pada HWC 2019. Setelah melewati seleksi, ia akhirnya terpilih jadi bagian Timnas. Mimpi yang sempat tertunda pun segera terwujud. Ia akan mewakili negara bermain sepakbola di ajang sepakbola mini internasional tersebut.
Baginya, HWC jadi ajang pembuktian bahwa perempuan bisa melakukan sesuatu seperti laki-laki. Ia juga ingin membuktikan bahwa ODHA bisa berbuat hal positif, termasuk membela negara.
“Walaupun saya perempuan, saya HIV positif, jangan melihat sebelah mata,” ujar Isye.
Ia sendiri mengaku menyukai berbagai olahraga sejak kecil, termasuk sepakbola. Ia pun sudah terbiasa ‘dihajar’ laki-laki saat bermain di lapangan. Sehingga, ia tidak merasa canggung jadi satu-satunya perempuan di Timnas saat ini.
“Saya dari kecil kebanyakan main sama cowok, jadi enjoy aja,” ungkapnya.
Ia lalu bercerita soal HIV yang diidapnya. Pada 2005, ia mulai sering sakit-sakitan. Hingga akhirnya, pada 2006 ia diperiksa dan dinyatakan positif HIV. Dunia seakan dirasa akan runtuh, bayang-bayang kematian pun seolah ada di depan mata.
Yang tak habis pikir, ia tidak pernah mengonsumsi narkoba atau melakukan sesuatu yang berisiko tertular HIV. Ternyata, HIV itu tertular dari sang suami yang merupakan pecandu narkoba.
“Saya waktu tahu positif merasa hidup tinggal berapa bulan lagi. Saya berpikir enggak akan bisa melihat anak saya tumbuh besar,” katanya.
Sempat drop dan menutup diri, Isye akhirnya perlahan bangkit. Pada 2007, ia mulai menata kembali kehidupan dan semangatnya. Ia juga mengonsumsi obat untuk menekan virus HIV dalam tubuhnya.
Bahkan, sejak 2009 ia terbuka dengan statusnya sebagai ODHA. Ia pun aktif di organisasi yang berkecimpung tentang pendampingan ODHA. Di saat yang sama, ia pun berusaha membuktikan pada orang-orang bahwa ODHA bisa hidup normal dan sehat.
“Saya berusaha memperlihatkan ke orang-orang, walaupun saya HIV, tapi saya enggak terbaring, masih tetap bisa bekerja, ngurus anak, urus segala macam sendiri,” tutur Isye yang kini jadi orangtua tunggal. (ors)