BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Vaksin COVID-19 yang akan digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia bakal bertambah. Sehingga, total akan ada lima vaksin yang dipakai.
Sebelumnya, pemerintah sudah memakai empat jenis vaksin, yaitu Sinovac, vaksin dari Bio Farma yang menggunakan bahan baku dari Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Keempatnya sudah mengantongi emergency use authorization (EuA) alias izin penggunaan darurat sehingga bisa digunakan dalam program vaksinasi.
“Kemarin kami menambah lagi jenis vaksin COVID-19 yang telah mendapatkan emergency use authorization dari Badan POM, yaitu vaksin Moderna COVID-19 vaccine,” kata Kepala BPOM Penny K. Lukito dalam konferensi persnya, Jumat (2/7/2021).
Vaksin itu adalah vaksin pertama yang menggunakan EuA dari BPOM yang menggunakan platform mRNA. Vaksin ini bukan berasal dari virus yang dimatikan atau dilemahkan seperti empat vaksin sebelumnya.
Namun, vaksin ini berisi komponen materi genetik yang menyerupai kuman atau virus sebagai bahan bakunya. Meski begitu, secara manfaat, vaksin ini diklaim berguna sama seperti vaksin-vaksin sebelumnya dalam menangkal COVID-19.
Vaksin Moderna ini merupakan bantuan dari Amerika Serikat yang berasal dari jalur multilateral Covax Facility. Setelah vaksin ini, diharapkan secepatnya juga kembali datang vaksin lainnya. Sehingga, jumlah vaksin yang dipakai dalam program vaksinasi bisa lebih banyak dan mempercepat target kekebalan kelompok.
Vaksin Moderna ini sendiri didatangkan tak hanya berupa vaksin. Namun, dikirim juga tempat penyimpanan khusus. Sehingga, kualitas dari vaksin ini diharapkan tetap terjaga. Sebab, metode penyimpanannya butuh perlakuan lebih ketat dibanding vaksin lain.
“Karena ini diterima melalui Covax Facility, mereka akan memberikan vaksin ini bersamaan dengan teknologi penyimpanan dan distribusinya. Tentunya nanti akan memengaruhi juga target-target lokasi di mana vaksin ini akan diberikan,” jelas Penny.
Sementara secara umum, vaksin ini berdasarkan hasil penelitian dan pengujian, dapat digunakan untuk orang berusia di atas 18 tahun, termasuk lansia. Penerima vaksin perlu dua kali mendapat suntikan vaksin dengan dosis 0,5 mili per sekali suntik. Jarak dari suntikan pertama dan kedua adalah satu bulan.
Efikasinya mencapai 94,1 persen untuk orang dengan kelompok usia 18-65 tahun. Sedangkan pada orang di atas 65 tahun efikasinya mencapai 86,4 persen. Vaksin ini juga bisa diberikan bagi mereka yang komorbid, mulai dari penyakit paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit liver, hingga HIV.
Efek samping yang mungkin terjadi dari vaksin ini adalah nyeri pada bagian bekas suntikan, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot sendi. “Kejadian ini umumnya didapatkan setelah penyuntikan kedua,” tandas Penny. (ors)