BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani menilai kebijakan pemerintah sudah tepat dengan penerapan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 jelang natal dan tahun baru (nataru). Kendati penambahan kasus positif COVID-19 rata-rata kurang dari 400 kasus.
“Kenaikan mobilitas adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Kalau kita lihat dari 1,5 tahun pandemi, gelombang kenaikan selalu diawali dengan peningkatan mobilitas, saat natal-tahun baru dan pascalebaran,”ungkap Citra dikutip dari laman UGM, Minggu (21/11/2021).
Lebih lanjut, Citra menjelaskan pembatasan mobilitas melalui penerapan PPKM level 3 jelang nataru, sebagai bagian dari bentuk pengendalian agar tidak terjadi penularan secara masif.
“Meskipun kita batasi, mobilitas tetap terjadi, namun tidak semasif apabila tidak diberlakukan pembatasan. Pembatasan kerumunan dan mobilitas sudah sesuai dengan pembelajaran sebelumnya bahwa gelombang kita diawali pada periode natal-tahun baru serta lebaran. Apalagi di negara-negara tetangga saat ini sedang mengalami gelombang delta varian AY.4.2,” tegas Citra.
Selain pembatasan mobilitas sambung Citra penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan masyarakat harus terus dilakukan. Sampai seluruh penduduk dunia betul-betul aman dari infeksi COVID-19 dan vaksinasi sudah mencapai target warga di seluruh negara.
“Kita masih akan menghadapi kasus COVID-19 selama angka vaksinasi dunia juga belum mencapai target. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah mengubah mindset dan menerima bahwa kita akan hidup berdampingan dengan pembatasan mobilitas ini. Naik level turun level PPKM harus dijalani, dan beradaptasi dengan situasi ini karena tidak ada kepastian untuk menjawab sampai kapan,”tandas Citra.
Vaksin penting
Menurut Citra, vaksinasi COVID-19 sangat penting guna menghindari keparahan pasien yang terinfeksi COVID-19. Alasannya, kebanyakan pasien yang meninggal karena virus ini, belum mendapatkan vaksin COVID-19.
“Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah bentuk parah sakit karena meskipun sudah divaksin masih punya potensi terinfeksi dan menjadi sakit. Melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari. Juga kemudian kembali terinfeksi delta di Juni-Juli, dan kasus-kasus meninggal memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi. Harapannya tentu pada percepatan vaksinasi, dan sisir wilayah untuk vaksinasi terutama lansia bisa berperan untuk mitigasi bentuk parah infeksi SARS-COV 2. Kalaupun gelombang 3 terjadi, sistem kesehatan kita tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya,” beber Citra. (ytn)