BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Guru Besar FMIPA ITB Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D. mengemukakan, bilangan nol memiliki sejarah yang panjang. Hal itu, ia ungkapkan saat menjadi pembicara dalam ceramah umum BWCF 2021 Seri Arkeologi Sumatera (21/11/2021).
Dengan mengangkat topik “Nol dan Sistem Desimal di Asia Monsun: Menafsir Sebuah Jalur Pengetahuan”. Di kesempatan ini, Iwan menjabarkan persoalan angka 0 (nol), dalam Prasasti Kedukan Bukit dan asumsi sebuah jalur pengetahuan matematika.
Mengutip rilis dari ITB, menurut Iwan terdapat dua pendapat asal usul bilangan 0 dan sistem desimal. Pertama, sebelum tahun 1930, orang berkeyakinan bilangan nol dan sistem desimal berasal dari Arab. Kedua, setelah tahun 1930, bilangan nol dan sistem desimal berasal dari India (India Intra Gangem). Namun kedua pendapat ini tidaklah tepat dengan bukti peninggalan yang ada.
Bilangan 0 dan sistem desimal tertua di Indian Intra Gangem, ditemukan pada abad ke-9. Hal ini sudah dapat membantah pernyataan kedua. Karena pada abad ini, pedangan Arab sudah memasuki India dan harus dicari di India Extra Gangem.
Akhirnya dilakukan penelitian pada India Extra Gangem, didapatkan hasil bilangan 0 dan sistem desimal tertua terdapat pada Prasasti Aryabhata Patna di Nalanda, yang ditemukan di abad ke-5. Pada abad ke-6, ditemukan pada Prasasti Kedukan Bukit (Sumatera) dan Prasasti Sambor (Kamboja).
Argumen ini cukup kuat, karena melihat hubungan kerajaan Nalanda dan Sriwijaya yang erat kala itu. Namun, bukan berarti menjadi bukti yang pasti dan masih perlu dilakukan kajian ulang terkait hal ini.
Kemudian abad ke-9, Matematikawan Al-Khwarizmi mulai menuliskan buku yang berjudul “Indian Computation”. Pada abad ke-13 Matematikawan Fibonacci, mulai menduniakan bilangan 0 dan sistem desimal.(ytn)