BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mahasiswa ITB, Labid bin Bashar meraih juara terfavorit lomba Berbicara Bahasa Indonesia, yang diadakan APPBIPA Jogja dengan tema “Indonesia di Mataku”. Labid merupakan mahasiswa internasional program Kemitraan Negara Berkembang (KNB) di ITB, berasal dari Bangladesh.
Saat ini, dia tercatat sebagai mahasiswa studi magister pada Jurusan Instrumentasi dan Kontrol, Fakultas Teknologi Industri (FTI). Labid satu-satunya pemenang, yang berstatus mahasiswa penerima beasiswa KNB.
Dia mengaku telah berlatih selama 10 hari, untuk mengasah kemampuannya berbahasa Indonesia yang direkam dalam video berdurasi 4 menit. Labid mengatakan mendapatkan banyak manfaat dengan mengikuti lomba ini.
Antara lain memunculkan rasa percaya dirinya. Selain itu, bisa menaikkan level ketepatan pengucapannya dalam waktu singkat yang cukup sulit untuk diraih bagi murid kebanyakan.
“Saya bangga, karena bisa melewati kompetisi tersebut dan jadi perwakilan mahasiswa internasional ITB,” terang Labid.
Dia mengatakan, belajar bahasa Indonesia kurang dari satu tahun. Padahal biasnya butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar bahas baru. Ia bercerita, sebelumnya pernah belajar bahasa Jerman dan hasilnya kurang begitu baik.
Dalam belajar, awalnya ia menerapkan strategi menghafal kosakata namun tidak berhasil. Akhirnya ia meniru cara pemerolehan bahasa pada bayi, yaitu belajar dengan mendengarkan.
“Kemudian saya mulai mendengarkan materi pelajaran serta video YouTube setidaknya selama 1 jam sehari. Lalu mendengarkan audio yang sama beberapa kali,” sambung Labid.
Kesulitan belajar
Labid mengaku tetap menghadapi beberapa kesulitan saat belajar. Terutama penggunaan awalan “me-” dalam bahasa Indonesia. Namun setelah terus berlatih, ia bisa mengatakan bahwa bahasa Indonesia lebih mudah.
“Saya sangat senang belajar bahasa ini,” imbuh Labid.
Labid belajar bahasa Indonesia lewat program BIPA yang diselenggarakan ITB. Ia merasa proses belajar oleh tutor-tutor BIPA sangat efisien, sehingga mempercepat proses belajarnya. Selain itu, tidak hanya mengajarkan lewat situs dan aplikasi yang menarik tetapi juga memberi materi cara berlatih mandiri di luar jam perkuliahan.
“Mereka mengelola sistem dari sudut pandang yang berbeda, sehingga siswa dapat belajar lebih cepat,” sambung Labid. (ytn)