BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Bercermin kepada sejarah, tak serta merta membuat kita larut dengan kehidupan di masa lalu. Hal ini yang selalu disampaikan oleh Ahmad Nowmenta Putra terkait dengan bagaimana generasi muda bersikap dan mencermati sejarah sebagai nilai dalam kehidupan di masa sekarang.
Melalui channel YouTube Keep History dan Buku Jejak Sang Ajudan ; Sebuah Biografi Pierre Tendean, Menta menggunakan platform ini dengan tujuan agar masyarakat terutama generasi muda tak melupakan sejarah.
Lalu bagaimana seharusnya bersikap dimasa sekarang, dimana nilai-nilai sejarah dan kepahlawanan sudah mulai banyak dilupakan?
Cara termudah adalah dengan memasukkan unsur-unsur ini ke tema populer. Media massa dan sosial media pun punya peran untuk untuk meng-explore tema sejarah dengan gaya yang kekinian dan menarik minat anak muda tanpa meninggalkan marwah sejarahnya.
Pierre Tendean yang lahir tepat di hari ini, 21 Februari 1939 menjadi tokoh pertama yang yang diulas dalam buku pertama Ahmad Nowmenta Putra.
Bukan tanpa sebab. Selain fragmen 1965 begitu menarik minatnya untuk mengulas berbagai cerukan dan distorsi disekitarnya, Pierre juga merupakan tokoh anak muda yang representatif untuk menjadi teladan sekaligus digemari secara positif.
“Itu sebabnya meskipun biografi, saya lebih cenderung tertarik membahas ketokohan, kepahlawanan, humanism, dan tentu sejarahnya. Hubungan dengan keluarga juga banyak saya ulas karena bagaimanapun narasumber primer saya adalah mendiang kakak beliau,” ungkapnya.
“Ada yang bertanya terkait kisah asmara beliau. Memang porsinya tidak sebanyak dengan keluarga karena saya tidak ingin pembaca saya menjadi bias. Bagaimanapun Pierre Tendean adalah pahlawan bangsa yang harus kita tempatkan sebagai sosok pahlawan,” ucapnya kepada PASJABAR, Minggu (20/2/2022).
Saat menulis berita ini, passjabar.com juga merekam sejumlah fenomena di media dan social media yang menyoroti kisah cinta Pierre Tendean.
Menta enggan berkomentar, seperti yang disampaikan diatas bahwa ada banyak pemahaman yang harus ditanamkan terutama pada anak muda terkait sejarah dan kepahlawanan.
“Jangan sampai tema sejarah ini jadi media gossip yang akhirnya mengaburkan sejarah penting dan nilai-nilai kepahlawanannya.
Pahlawan ini mungkin juga sama seperti kita yang punya ranah pribadi untuk dijaga,” ujarnya.
Menta juga mengingat pesan yang disampaikan oleh mendiang Ny. Mitzie Farre Tendean kepadanya agar menulis yang baik (tidak bertujuan kontroversial) dan yang paling penting menghargai pihak-pihak lain yang sudah bahagia dengan kehidupannya. (tiwi)