BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–Jatuh cinta pada sejarah sejak kecil membuat Ahmad Nowmenta Putra terus aktif mempelajari, mengeksplorasi dan membagi informasi seputar sejarah.
Meski disibukkan sebagai bankir di salah satu bank plat merah, Menta begitu sapaan akrabnya tercatat pernah menulis buku biografi “Jejak Sang Ajudan : Pierre Tendean” pada tahun pada tahun 2018.
Lewat Youtube Keep History Alive, pria kelahiran 5 Maret 1987 ini pun menyajikan informasi sejarah dengan cara yang menarik dan memiliki puluhan ribu subscribers.
“Saya menyukai sejarah sejak kecil dan mengekspresikannya lewat berbagai media seperti blog, Instagram maupun Youtube. Barangkali sebagian orang menganggap bahwa hobi untuk intermezo saja, tapi buat saya ada goal atau tujuan, seperti bagaimana yang saya sukai ini bisa menghasilkan karya, meskipun prosesnya tidak sebentar seperti buku Jejak Sang Ajudan yang baru diterbitkan pada tahun 2018, meskipun sebetulnya saya telah melakukan riset secara konsisten sejak tahun 2009,” tuturnya kepada PASJANAR, Jum’at (22/7/2022).
Pada awalnya, sambung Menta, ia tidak menduga bahwa konten sejarah yang ia buat akan mendapatkan respon yang positif dari banyak orang.
“Membuat YouTube Channel itu awalnya tidak sengaja, saya upload pun untuk dokumentasi pribadi namun ternyata direspon positif oleh masyarakat dan bisa dinikmati juga oleh orang lain,” tuturnya.
Hal ini juga yang mendorong Menta untuk terus berkarya agar dapat semakin luas memberikan pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki serta membangun semangat kebangsaan.
“YouTube saya tidak hanya berbincang dengan tokoh sejarah, tapi juga mengajak penonton untuk napak tilas ke tempat-tempat bersejarah, agar penonton dapat merasakan aura, merekognisi, memvisualisasikan atau berkhayal seperti apa peristiwa yang pernah terjadi, sehingga pesan dari masa lalu itu dapat tersampaikan,” ujarnya.
Salah satu pesan dari peristiwa sejarah itu sambung Menta yakni bagaimana kita dapat melihat konflik dan menyikapi perbedaan.
“Mengenal sejarah membuat kita belajar bahwa kehidupan itu multidimensi, kita tidak bisa menjustifikasi hitam atau putih karena banyak yang abu-abu. Saat melihat tragedi kemanusiaan, kita juga tidak bisa menyalahkan salah satu pihak, karena ada banyak faktor dan memiliki banyak sisi,” tandasnya.
Di samping itu, menurutnya, sejarah yang pernah terjadi di masa lalu dapat terulang kembali dan hal ini menjadi bekal agar lebih sensitif dan bijak dalam merespon fenomena yang akan terjadi.
“Mempelajari asal usul pendahulu juga dapat membuat kita memiliki rasa kebanggan dan memperkuat kebangsaan. Hal ini pun dapat memupuk kita untuk bisa berbuat yang sama besarnya dengan yang dilakukan oleh nenek moyang kita, mungkin terdengar klise namun hal ini bisa menjadi perenungan dan menurut saya sangat berdampak,” ujarnya.
Ke depan Menta pun berharap dapat lebih luas dalam mengeksplorasi sejarah, salah satunya ia ingin terlibat dalam pembuatan film sejarah.
“Tidak harus jadi aktor, tapi jadi script writer atau tim riset pun boleh… Harapannya lewat film, nilai-nilai positif sejarah dapat semakin luas tersebar,” pungkasnya. (tiwi)