BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM –- Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof H.M Didi Turmudzi mengikuti Ngarak Pusaka dan Ngumbah/Jamasan Pusaka yang digelar Keraton Sumedang di Keratosn Sumedang, Selasa (27/9/2022).
Kegiatan yang rutin digelar setiap tahun oleh Keraton Sumedang tersebut merupakan rangkaian jelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1444H, yang diselenggarakan Keraton Sumedang Larang dan Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang.
# Paguyuban Pasundan Kerajaan Sumedang
Prof Didi menilai jika kegiatan tersebut memiliki filosofi bersih hati dan kembali ke kesucian dan memiliki simbol agar seluruh masyarakat menjaga warisan budaya.
“Jamasa Pusaka ini atau membersihkan senjata keraton ini bukan hanya membersihkan senjata, namun
membersihkan disini memiliki makna filosofi yang berarti bersih hati, membiarkan hati kembali keasalnya,
keaslinya yang suci, bersih tidak ada dendam serta tidak ada ruang marah. Dan juga menjadi simbol dimana kita
harus jaga warisan budaya, dan kekayaan budaya ini merupakan sebuah kontribusi bagi kekayaan budaya
nasional,” ujar Prof Didi yang ditemui usai pelaksanaan Jamasan Pusaka di Sumedang.
Deklarasi Budaya Sunda
Ia menambahkan, Sumedang sendiri sudah dideklarasikan sebagai pusat budaya Sunda, oleh karena itu,
pelestarian budaya Sunda ini menjadi kewajiban dan Keratos Sumedang Larang adalah yang menjadi pengawal dalam budaya sunda ini menjadi bukti betapa besar budaya nasional ini.
“Paguyuban Pasundan pun memiliki misi yang sama yakni menjaga dan memelihara budaya kita, oleh
akrenannya kami akan berkolaborasi dengan Keraton Sumedang Larang untuk pelestarian budaya. Intinya mari
berkolaborasi dan menjaga melestarikan busaya Sunda dan juga dalam Konteks budaya nasional,” ungkapnya.
# Paguyuban Pasundan Kerajaan Sumedang
Sementara itu, Pangeran Keraton Sumedang, Lucky Djohari Soemawilaga mengatakan jika acara tersebut
merupakan tradisi rutin yang digelar Keraton Sumedang Larang dalam rangka Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
“Harapannya ini, merupakan kegiatan penuh makna dan ini ada kandungan filosofi dan berpotensi kekuatan
budaya harus dikembangkan dan dilestarikan, bagaimana pemaknaan pencucian Jamasan ini mengartikan
intropeksi diri kita, bagaimana ketaatan kita kepada sang maha pencipta, Tuhan YME dan sebagai makna penggalian terhadap nilai luhur yang dimiliki dan diwarisi oleh leluhur Sumedang Larang,”jeasnya.
Sebelum pencucian dilakukan, dilakukan upacara penyerahan mahkota Binokasih digelar dengan melibatkan raja
dan pangeran Sumedang Larang, selanjutnya, sembari diiringi solawat Nabi, satu persatu, benda pusaka berupa
tujuh bilah keris bersejarah usia ratusan tahun, dicuci dengan menggunakan air kembang tujuh rupa. (tie)