BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mieling “Poe Basa Indung Internasional” digelar di Aula Mandala Saba Lantai 8, Kampus II Unpas, Jalan Taman Sari No. 6-8, Kota Bandung, Selasa (28/2/2023). Kegiatan ini digelar dalam rangka Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari.
Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf, Sp., M.Si., M.Kom. IPU mengatakan sangat penting untuk memelihara bahasa ibu atau basa indung.
“Begitu penting bagaimana memelihara bahasa ibu. Itu adalah keunikan karena bahasa ibu itu dipelajari secara intuitif, tidak dipelajari di sekolah formal,” kata Prof. Eddy.
Maka dari itu, kegiatan ini menurutnya sebagai salah satu upaya bagaimana melestarikan bahasa daerah yakni bahasa Sunda menjadi bahasa ibu.
“Jadi oleh karena itu, harus dipelihara (bahasa Sunda, red), karena itu kan sebagai pelestarian dari peradaban suatu kelompok atau bangsa atau etnik,” ucapnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H.M Didi Turmudzi, M.Si menyebut saat ini di Bandung sedang mengalami krisis menggunakan bahasa Sunda.
“Jangankan pendatang, orang Bandungnya sendiri sudah banyak yang tidak menggunakan bahasa Sunda. Nah karena keadaan seperti itu, maka Paguyuban Pasundan mencoba untuk melakukan upaya-upaya penggunaan bahasa Sunda kepada para pejabat dulu,” katanya.
“Itu bagian upaya dalam rangka mensosialisasikan agar bahasa Sunda tidak sirna. Nah itu yang telah dilakukan,” sambungnya.
Penggunaan Bahasa Sunda di Kampus
Untuk di kampus sendiri, menurutnya penggunaan bahasa Sunda memang tidak begitu spesifik karena tidak ada mata kuliah khusus serta mahasiswanya pun berasal dari berbagai daerah. Bukan hanya dari masyarakat Sunda.
“Tapi tentu dalam mata kuliah budaya Sunda sudah semestinya dicoba dengan menggunakan bahasa Sunda. Oleh karena itu, nanti kami mungkin akan mengintruksikan kalau berbicara mata kuliah budaya Sunda atau kepasundanan itu pengantarnya bisa bahasa Sunda,” ujarnya.
Sementara itu, Inohong Masyarakat Sunda, Popong Otje Djundjunan atau Ceu Popong menuturkan bahwa budaya Sunda tidak akan bisa dijalankan kalau tidak diterapkan. Oleh karenanya, bahasa ibu itu sangat penting.
“Semua bangsa, semua negara sepakat dan sepaham bahwa bahasa indung (bahasa ibu) adalah bahasa yang paling penting,” kata Ceu Popong.
Kegiatan Mieling “Poe Basa Indung Internasional” diisi oleh 2 narasumber yaitu Ketua Klinik Basa, Drs. Taufiq Faturohman yang membawakan materi mengenai “Basa Sunda Dikalangan Remaja” dan Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A. Ph.D yang membawakan materi mengenai “Bahasa Sunda Dalam Pusaran Bahasa Daerah di Nusantara”. (ran)