Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Tim In Harmonia Progressio dari Institut Teknologi Bandung (ITB) memenangkan juara 2 pada Innovation Track Huawei ICT Competition 2023.
Mahasiswa yang tergabung dalam tim tersebut, yaitu Ihsan Saddan Rivaldi (Teknik Telekomunikasi 2020), Abu Hanif Muhammad Syarubany (Teknik Elektro 2019), dan Randy Zakya Suchrady (Informatika 2019). Tim ini dibimbing oleh dosen dari Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), Wervyan Shalannanda, S.T., M.T.
Huawei ICT Competition merupakan wadah bagi para peserta untuk bersaing secara sehat dan bertukar ide sehingga meningkatkan pengetahuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), keterampilan praktis, serta kemampuan berinovasi dengan menggunakan teknologi dan platform baru.
Pada Innovation Track, peserta menggunakan TIK (seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan cloud) untuk menyelesaikan masalah kehidupan nyata, mengusulkan solusi yang memiliki nilai sosial dan bisnis, serta merancang model dengan fungsi yang komprehensif.
Ide yang diusung Tim In Harmonia Progressio berangkat dari keresahan dalam pengawasan dan pelaporan proses proyek pembangunan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Ide ini datang dari Romi (Teknik Sipil 2019), yang merupakan salah satu rekan dari anggota tim.
Romi pernah magang dan berpartisipasi dalam proyek KCIC
Di sana, ia menemukan adanya berbagai kendala. Romi menyampaikan hal ini dan menjadi ide bagi tim untuk menghasilkan produk.
Salah seorang anggota tim, Randy menjelaskan, bahwa akhirnya mereka melakukan brainstorming bersama Romi hingga merumuskan ide serta konsep produk.
“Konsep yang kita rancangkan kemudian kita buat diagram-diagram high level dan low level, laporannya, serta video yang dikirim ke pihak Huawei,” jelas Randy.
Anggota tim lainnya, yakni Hanif, menyatakan dalam pengerjaannya, mereka menerapkan pembagian peran.
“Ada yang mengerjakan network architecture, end-to-end architecture, business domain, defining user persona,” tambah Hanif.
Produk yang dihasilkan oleh tim ini diberi nama SiteVision yang merupakan suatu sistem yang digunakan untuk melakukan konsultasi supervisi konstruksi sehingga hasil pengamatan lapangan akan terdata ke dalam sistem yang bisa dilihat secara langsung oleh para stakeholder.
“Umumnya, status quo yang ada sekarang yaitu pelaporan hasil supervisi membutuhkan birokrasi yang panjang sehingga menyebabkan proyek menjadi tidak cepat selesai,” ungkap Randy.
Melalui produk ini, mereka berharap para stakeholder KCIC dapat lebih mudah dalam mengambil keputusan di lapangan sehingga proyek selesai tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. (*)