BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Tidak merencanakan pertemuan khusus, Bakal Calon Wali kota atau Bacawalkot Bandung dari PDI Perjuangan, Ronal Surapradja malah bertemu dengan Bakal Calon dari PKS, Asep Mulyadi.
“Pas saya lagi olahraga, Pak Ronal kebetulan ada di sini. Pak Ronal nelpon, Pak Asep kita ketemu, ya akhirnya kami bertemu di sini,” ujar Asep.
Asep mengaku sangat senang bertemu dengan Ronal. Setelah berbincang berdua, Asep mengapresiasi ketertarikan Ronal untuk bersama-sama membangun Kota Bandung ke depan.
Kedua Bacawalkot itu ngobrol soal Kota Bandung sambil berjalan kaki dan makan kupat tahu yang dijajakan pedagang kaki lima di sekitar Jalan Banten.
“Kan yang paling penting mah, persahabatan itu mengetahui apa yang menjadi kesukaan, apa yang menjadi latar belakang, apa yang menjadi konsep kehidupan. Dari situ kan nanti ketemu rasa kedekatan,” tuturnya.
Asep menilai lebih banyak membicarakan bagaimana kita membangun chemistry
“Dan kita sama-sama punya kesepakatan bahwa Bandung ini Kota kita, dan layak untuk terus disempurnakan,” ungkapnya.
Asep mengatakan, Bandung sangat identik dengan kota wisata dan kreatif.
“Saya hari ini menikmati, banyak ragam makanan atau kuliner. Makanan Bandung tuh punya potesi. Bandung ini kan banyak talent-talent yang cukup potensial. Kalau bicara talent-talent nasional juga banyak dari Kota Bandung. Menurut saya layak ke depan ini, cari bibit-bibit yang potensial ke depan. Kemudian wisatanya diperkuat dan diperbanyak. Meetings, Incentives, Conferences, dan Exhibitions,” jelasnya.
“Bikinlah Bandung yang nyaman. Orang kan pada keluar ya karena enak untuk menikmati udaranya. Jadi Bandung secara visual harus bagus, taman-taman harus kembali ditata dengan bagus.
Tadi kan kami jalan ya, menurut saya harus ada tempat khusus untuk jalan kaki karena manusia diciptakan untuk jalan kaki,” tuturnya.
Ditemui di tempat yang sama, Ronal mengaku, sering melihat wajah Asep Mulyadi yang terpampang dalam billboard atau pun spanduk, sebelum ia sempat bertemu dengan bakal calon wali kota dari PKS ini.
“Wajah Pak Asep mah di mana-mananya. Sekarang ketemu langsung, bodor ya dan dia mengenali saya duluan. Pak Ronal ya. Kata saya, ya muka ini (yang sering dilihat di billboard dan spanduk, red) ketemu akhirnya, alhamdulillah,” ungkap bakal calon Wali kota dari PDI Perjuangan.
Di pertemuan Bacawalkot yang santai itu, kata Ronal, keduanya ngobrol soal Bandung.
“Kan latar belakang kita berbeda, saya kan banyak di Jakarta kemarin, ya ngobrol dulu, tapi sepakat mengecurut bahwa yuk kita bereskan Bandung. Intinya kesamaan yang utama adalah kecintaan kami pada kota ini,” ujarnya.
Ronal mengatakan, dirinya sering keliling ke kota lain di Indonesia atau pun luar negeri. Banyak Kota yang tertata dengan rapi. “Kalau orang lain bisa kenapa kita tidak bisa. Kita juga bisa atuh,” tuturnya.
Ronal mengakui, setiap kota memiliki tatanannya masing-masing. Seperti Semarang yang bersih dan tertata. Begitu pun dengan Surabaya. “Jadi kalau misalnya ada yang bagus, kita tiru kenapa enggak,” terangnya.
“Jadi Bandung itu menurut saya sok asa nu terjebak kebesaran masa lalu terus. Bandung kota kreatif, punten ya, tapi seperti tidak ada wadahnya,” ujarnya.
“Saya sepakat, karena saya bagian dari orang-orang Bandung yang dianggap Bandung sebagai lokomotif perduniakreatifan Bandung. Tapi kota-kota lain sekarang sudah nyusul loh,” tambahnya.
“Artinya apa? Akselerasi kita melambat, atau mereka makin cepat. Punten ya, karena saya main band, dulu mah band teh dari Bandung, Bandung dan Bandung. Sekarang, semua kota punya band yang bagus-bagus. Ada apa nih. Kalau Bandung kota kreatif, sekarang kota lain pun sama mengklaim kota kreatif juga,” sambungnya lagi.
Ronal menilai, pemerintah harus ngobrol bareng dengan kalangan kreatif di Kota Bandung agar Bandung sebagai kota kreatif benar-benar hidup.
“Ada satu tempat saja, anak band manggung di mana sekarang. Kalau pun ada gedung enggak di desain untuk bisa main band. Alangkah indahnya, ada satu area di mana seni budaya bisa tampil di situ,” ujarnya.
“Misalnya di Bali, ketika tari kecak bisa menjadi agenda, sehari tiga kali show dan sampai ngantri, kenapa budaya kita enggak bisa, dan kita punya banyak seni dan budaya yang bisa ditampilkan. Misalnya, nanti di satu tempat itu ada penampilan band jam berapa, kemudian seni dan budaya jam berapa, jadi dilokalisir. Sehingga yang datang ke Bandung juga punya agenda mau ke tempat itu,” terangnya. (Put)