CLOSE ADS
CLOSE ADS
PASJABAR
Minggu, 16 November 2025
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
No Result
View All Result
PASJABAR
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home HEADLINE

Keseimbangan Negara dan Rakyat

Hanna Hanifah
17 Januari 2025
negara dan rakyat

ilustrasi. (foto: freepik)

Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT
Adang, Dosen STIE Pasundan.

Oleh: Adang, Dosen STIE Pasundan (Negara dan Rakyat)

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Negara Kuat Rakyat Lemah = Negara Otoriter?

Benarkah Negara kuat, rakyat lemah akan menghasilkan negara otoriter, situasi ini menggambarkan relasi asimetris antara kekuasaan negara (state power) dan kedaulatan rakyat (popular sovereignty). Dalam konteks politik modern, argumen ini memiliki landasan yang kuat, meski tidak absolut.

Negara Kuat, Rakyat Lemah: Jalan Menuju Otoritarianisme

Negara kuat yang dibangun di atas fondasi masyarakat yang lemah membuka pintu bagi sentralisasi kekuasaan yang cenderung otoriter. Dalam konfigurasi ini, negara mengontrol alat-alat koersif (coercive apparatus) seperti militer, polisi, dan sistem hukum tanpa mekanisme checks and balances yang efektif dari masyarakat. Sejarah memberikan kita contoh konkret dalam kasus Uni Soviet di bawah Stalin, di mana kontrol negara sangat dominan, sedangkan masyarakat tidak memiliki ruang untuk menyuarakan aspirasi atau menentang kebijakan.

Artinya konsep Negara kuat rakyat lemah adalah otoritarianisme tidak berarti bahwa setiap negara kuat dengan masyarakat lemah otomatis menjadi otoriter.

Misalnya, Singapura pada awal masa kemerdekaannya memiliki pemerintah yang sangat kuat di bawah Lee Kuan Yew. Meski cenderung otoriter dalam beberapa kebijakannya, negara ini tetap mampu mengembangkan ekonomi, pendidikan, dan kualitas hidup rakyatnya. Dengan demikian, otoritarianisme sering kali lahir bukan hanya dari kekuatan negara, tetapi dari absennya civil society yang mampu mengimbangi kekuasaan negara.

Baca juga:   Pedagang Positif, Pasar Baru Ditutup Lagi

Rakyat Kuat, Negara Lemah: Chaos atau Demokrasi?

Pada skenario rakyat yang kuat dan negara yang lemah, terdapat potensi besar bagi kekacauan atau bahkan anarki. Hal ini terjadi ketika institusi negara (state institutions) tidak mampu mengontrol masyarakat yang memiliki kekuatan politik, ekonomi, atau sosial yang besar. Contoh adalah Somalia, di mana lemahnya pemerintah pusat membuat kelompok-kelompok bersenjata (warlords) dan kepentingan lokal mendominasi, sehingga menciptakan kondisi chaos.

Ada banyak kasus dalam situasi tertentu, masyarakat yang kuat dengan negara yang lemah dapat menciptakan demokrasi yang stabil. Contohnya adalah Swiss, di mana rakyat memiliki kekuatan besar melalui mekanisme referendum langsung (direct democracy), sementara pemerintah pusat memiliki kekuasaan yang terbatas. Ini menunjukkan bahwa hubungan rakyat kuat – negara lemah tidak selalu berujung pada hukum rimba; keberhasilannya bergantung pada bagaimana struktur politik diorganisasi dan pada budaya politik (political culture) masyarakat tersebut.

Negara Lemah, Rakyat Lemah: Fondasi Negara Gagal

Negara yang lemah dengan masyarakat yang sama lemahnya sering kali menjadi contoh klasik negara gagal (failed state). Dalam konfigurasi ini, pemerintah tidak memiliki kapasitas untuk menjalankan fungsi dasarnya seperti memberikan keamanan, pelayanan publik, atau penegakan hukum (rule of law). Rakyat, yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan, kesehatan, atau ekonomi, juga gagal memberikan tekanan untuk perubahan.

Baca juga:   Ketika Palu Tak Lagi Mengetuk Nurani

Afghanistan adalah contoh nyata. Negara ini telah lama menjadi medan pertempuran bagi kepentingan eksternal, sementara institusi domestiknya rapuh. Perlu kita tafsirkan dengan tafsir politik, sejatinya status sebagai negara gagal tidak semata-mata disebabkan oleh lemahnya negara dan rakyat, melainkan juga oleh intervensi asing (foreign intervention) dan sejarah kolonialisme (colonial legacy) yang menghancurkan fondasi negara tersebut.

Negara Kuat, Rakyat Kuat: Pilar Negara Maju

Formula terakhir, di mana negara kuat bersanding dengan masyarakat yang kuat, sering kali dianggap ideal. Dalam skenario ini, negara memiliki kapasitas untuk menjalankan fungsi pemerintahan dengan efektif (effective governance). Sementara rakyat memiliki kekuatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (political participation). Negara-negara Nordik seperti Swedia dan Norwegia sering menjadi contoh, di mana pemerintah yang kuat mampu menyediakan layanan publik berkualitas tinggi, dan masyarakat yang terdidik serta terorganisasi memberikan pengawasan demokratis (democratic oversight).

Baca juga:   Kebijakan Efisiensi Anggaran: Solusi Tepat atau Sekedar Gimik?

Relasi sismetris ini memerlukan waktu, konsensus politik (political consensus), dan budaya demokrasi yang matang. Tanpa fondasi tersebut, negara kuat dengan rakyat kuat dapat berubah menjadi arena konflik kepentingan (conflict of interest) yang tidak produktif. Uni Soviet, misalnya, pada masa kejayaannya memiliki negara yang kuat dan masyarakat yang tangguh secara ideologis. Tetapi kegagalan dalam memberikan ruang politik akhirnya memicu kehancurannya.

Formula Relasional, Bukan Absolut

U Wawan Sam, memberikan keempat formula tersebut bukanlah hukum absolut, melainkan kerangka analitis (analytical framework) untuk memahami hubungan antara kekuatan negara dan rakyat. Skenario-skenario tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sejarah, budaya politik, dan dinamika global (global dynamics). Oleh karena itu, menjaga keseimbangan antara kekuatan negara dan pemberdayaan rakyat adalah kunci untuk menciptakan stabilitas politik (political stability) dan keberlanjutan nasional (national sustainability). Negara yang kuat memang diperlukan. Tetapi hanya akan efektif jika diimbangi dengan rakyat yang kuat, kritis, dan terlibat dalam proses politik. Sebaliknya, masyarakat yang kuat tanpa negara yang kuat hanya akan menghasilkan fragmentasi (fragmentation) dan ketidakstabilan.

Dalam politik, kekuatan bukanlah segalanya; keseimbangan adalah segalanya. (han)

Print Friendly, PDF & Email
Editor:
Tags: negara dan rakyatOpiniSTIE Pasundan


Related Posts

Ngawula
HEADLINE

Ngawula ku Kawasa, Lain Ngawasaan ku Kawasa

30 Oktober 2025
Harga Akal
HEADLINE

Harga Akal

22 Oktober 2025
Narsistik Manipulatif
HEADLINE

Kepemimpinan Narsistik Manipulatif

20 Oktober 2025

Categories

  • CAHAYA PASUNDAN
  • HEADLINE
  • PASBANDUNG
  • PASBISNIS
  • PASBUDAYA
  • PASDUNIA
  • PASFINANSIAL
  • PASGALERI
  • PASHIBURAN
  • PASJABAR
  • PASKESEHATAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASOLAHRAGA
  • PASPENDIDIKAN
  • PASTV
  • PASVIRAL
  • RUANG OPINI
  • TOKOH
  • Uncategorized
No Result
View All Result

Trending

Spanyol menang telak 4-0 atas Georgia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Oyarzabal cetak dua gol, Zubimendi dan Torres bersinar meski tanpa Lamine Yamal. (AFP)
HEADLINE

Tanpa Lamine Yamal Tak Gentar! Spanyol Menggila Hajar Georgia 4-0, Oyarzabal & Zubimendi Jadi Bintang!

16 November 2025

www.pasjabar.com -- Timnas Spanyol kembali menunjukkan kualitasnya sebagai juara Eropa setelah menghabisi Georgia dengan skor telak 4-0...

Islam Makhachev menang angka mutlak atas Jack Della Maddalena. ( Getty Images via AFP/ISHIKA SAMANT)

Islam Makhachev Perkasa! Hajar Jack Della Maddalena 5 Ronde Tanpa Ampun, Rebut Sabuk Welter UFC 322!

16 November 2025
Timur Kapadze. (Getty Images/Zhizhao Wu)

Timur Kapadze Selangkah Lagi ke Timnas Indonesia? Transfermarkt Ungkap Fakta Mengejutkan!

16 November 2025
Selebrasi Rodrygo dalam laga Liga Champions antara Real Madrid vs Atletico Madrid, Rabu (5/3/2025). (c) AP Photo/Manu Fernandez

Diusir Halus dari Madrid? Arsenal Resmi Mundur, Masa Depan Rodrygo Goes Kini di Ujung Tanduk!

16 November 2025
Pebalap Aprilia Racing, Marco Bezzecchi, melaju di depan pebalap BK8 Gresini Racing, Alex Marquez, dalam balapan MotoGP Valencia 2025 di Sirkuit Ricardo Tormo di Cheste pada 16 November 2025. (Foto oleh JOSE JORDAN / AFP)(AFP/JOSE JORDAN)

Drama Panas MotoGP Valencia 2025! Bezzecchi Juara, Bagnaia Hancur Lebur & Morbidelli Cedera!

16 November 2025

Highlights

Diusir Halus dari Madrid? Arsenal Resmi Mundur, Masa Depan Rodrygo Goes Kini di Ujung Tanduk!

Drama Panas MotoGP Valencia 2025! Bezzecchi Juara, Bagnaia Hancur Lebur & Morbidelli Cedera!

Mario Suryo Aji Akhiri Moto2 2025 dengan Drama! Diogo Moreira Juara Dunia, Hasil Akhir Bikin Kaget!

Indra Sjafri Bongkar Alasan Mengejutkan Arkhan Fikri & Rayhan Hannan Absen Lawan Mali: “Risiko Terlalu Besar!”

Timnas Indonesia U-23 Dipermalukan Mali! Kebobolan Cepat, Serangan Tumpul, Lini Belakang Rapuh

Gregoria Gagal, Bulutangkis Indonesia Kembali Puasa Gelar

PASJABAR

© 2018 www.pasjabar.com

Navigate Site

  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Alamat Redaksi & Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI

© 2018 www.pasjabar.com

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.