
Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si., Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan (Term Komunikasi Islam dalam buku Wawasan Islam)
WWW.PASJABAR.COM – Term komunikasi dalam Al-Quran yang berbentuk surat berita (khabariyah) adalah berikut ini.
-
Qaulan Tsaqilah
Kata “qaulan tsaqilah” terdapat dalam Al-Quran surat Al-Muzammil [73] : 5, yaitu pernyataan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. bahwa Dia menurunkan kepadanya perkataan yang berat:
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (Q.S. Al-Muzammil [73] : 5)
Qaulan tsaqilan dalam ayat ini diartikan oleh sebagian ahli tafsir sebagai ungkapan yang terdapat dalam Al-Quran (wahyu) yang mengandung keagungan dan kebesaran Allah, serta mengandung kehebatan yang luar biasa. Asy-Syaukani mengartikannya sebagai perkataan sederhana dan berbobot atau bernilai. Konteks ayat ini adalah kata-kata yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW. di luar wahyu, keberadaannya sangat simpel, bernilai, dan berbobot.
Hubungannya dengan komunikasi adalah, komunikator dalam menyampaikan pesan hendaknya singkat, tepat, sederhana dan mudah dimengerti tetapi berbobot dan penuh makna. Dalam teori ilmu pengetahuan, hal ini disebut dengan berpikir ilmiah, logis, sistematis, dan mampu berpikir secara konseptual, tidak berbelitbelit, sulit dipahami dan dicerna. Qaulan tsaqilan dalam konteks pengertian ini lebih tepat digunakan untuk menghadapi orang-orang cerdik pandai yang selalu menggunakan argumentasi ilmiah. Operasionalnya dapat diterapkan dalam seminar, simposium, diskusi ilmiah, dan sebagainya.
-
Qaulan Azhimah
“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar dosanya.” (Q.S. Al-Isra [17] : 40)
Istilah qaulan ‘azhiman mengandung dua pengertian. Pertama, perkataan yang mengandung dosa besar, dusta, atau menyusahkan, jika asal kata “azhiman” ambil dari kata “azhuma”, Kedua, perkataan yang agung dan mulia atau karismatik jika asal kata “‘azhiman” diambil dari kata “azhzhama”. Adapun konteks pengertian qaulan ‘azhiman dalam ayat ini adalah celaan Allah terhadap orang-orang kafir yang mengatakan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Allah.
Para ahli tafsir, scperti Al-Maraghi dan Asy-Syaukani, menyatakan dalam tafsirnya ayat ini berkenaan dengan orang kafir yang menganggap bahwa para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah dan mereka menyembahnya. Mereka telah berbuat kesalahan atau dosa besar sehingga Allah berfirman kepada mereka, “Innakum lataquluuna qaulan azhiman” (sesungguhnya kalian benar-benar telah mengatakan ucapan yang besar dosanya, berdusta kepada Allah, dan menisbatkan-Nya dengan makhluk).
Adapun qaulan azhiman dalam pengertian “perkataan yang agung dan mulia (karismatik)” disandarkan pada ungkapan “Al-Quran Al-‘Azhim” yaitu Al-Quran yang agung dan mulia, seperti yang banyak diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Quran itu sendiri. Hubungannya dalam berkomunikasi adalah setiap perkataan yang dikomunikasikan (qaulan ‘azhiman) kepada komunikan, baik berupa perintah atau larangan, segera dilaksanakan dengan penuh ketaatan dan keikhlasan. Operasionalnya sering diterapkan dalam kepemimpinan, yaitu oleh seorang pemimpin terhadap yang dipimpinnya atau para pengikutnya.
Etika
Implikasi dari simbol-simbol etika komunikasi tersebut terhadap media massa sangat fungsional, terutama media massa televisi. Qaulan sadidan berhubungan dengan isi pesan yang benar dan jujur, atau istilah dalam ilmu komunikasi dengan stright to the point. Prinsip ini penting dikedepankan, mengingat adanya praktik-praktik penyiaran yang mengabaikan sifat akurasi, objektivitas, dan manipulasi informasi.
Televisi dewasa ini lebih banyak mendistorsikan realitas yang memaksakan ilusi-ilusinya kepada khalayaknya. Tayangan berupa iklan ataupun hiburan dalam acara televisi hampir seluruhnya bersifat manipulatif.
Konsep qaulan ma ‘rufan, atau istilah Yusuf Ali word of kindness and justice, sangat penting dikedepankan mengingat tayangan-tayangan hiburan dan iklan, justru menunjukkan dan menyerukan qaulan munkaran. Begitu juga qaulan balighan yang bermakna pesan-pesan yang menyentuh kalbu atau hati nurani komunikan dan sesuai dengan kebutuhannya. Sementara itu, pesan televisi justru lebih sering menjauhkan pemirsanya dari kemahabesaran Tuhan. Padahal esensi dan strategi komunikasi dalam Islam, isi dan cakupan pesannya mestilah berorientasi pada upaya mengembalikan jiwa manusia kepada Allah SWT. –Term Komunikasi Islam (han)












