BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mahasiswi semester 8 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan (Unpas), Femi Syadela, berhasil meraih juara dua dalam ajang Duta Baca Kota Bandung 2025.
Keikutsertaan Femi dalam ajang ini merupakan wujud keberaniannya untuk kembali mengeksplorasi potensi diri. Sebelumnya, ia pernah mengikuti seleksi Duta Baca Unpas tahun 2023.
“Waktu itu saya merasa belum cukup, dan masih ingin belajar lebih banyak lagi. Akhirnya saya mencoba tantangan baru di tingkat kota,” ungkapnya, dilansir dari unpas.ac.id.
Literasi Menyatukan Perbedaan
Salah satu momen paling berkesan bagi Femi selama proses seleksi adalah masa karantina. Di mana ia merasakan semangat belajar bersama para finalis dari berbagai latar belakang.
Menurutnya, kebersamaan itu membuatnya tumbuh dan semakin yakin akan peran penting literasi dalam menyatukan perbedaan.
Ia juga menyoroti kurangnya empati sosial sebagai tantangan utama dalam menumbuhkan minat baca anak muda Bandung.
“Kemampuan literasi mereka sebenarnya sudah cukup baik. Namun, literasi sosial masih tertinggal. Terutama karena pengaruh digitalisasi yang cepat mengubah kepribadian,” jelasnya.
Literasi untuk Semua: Talk Netral
Sebagai Duta Baca, Femi mengusung literasi inklusif sebagai program unggulannya. Salah satunya adalah Talk Netral (Netra Cerdas Digital), sebuah program literasi digital. Untuk penyandang tunanetra dengan memanfaatkan fitur TalkBack pada gawai.
Program ini dirancang untuk membuka akses informasi dan mendorong kemampuan literasi digital kelompok disabilitas.
“Empati menjadi nilai paling nyata yang saya dapatkan selama menjadi Duta Baca. Literasi bukan hanya milik mereka yang memiliki kesempurnaan fisik. Tapi juga milik semua orang yang percaya bahwa mereka bisa,” tegasnya.
Literasi Era Digital dengan Sentuhan Kemanusiaan
Sebagai generasi yang akrab dengan media sosial, Femi menyampaikan pesan literasi melalui konten kreatif seperti reels, thread, dan infografis. Ia meyakini bahwa pendekatan visual dan ringan mampu menjangkau Gen Z dan milenial secara efektif.
“Revolusi Industri 5.0 bukan hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana kita mempertahankan sisi manusia dalam era digital ini,” kata Femi.
Ia pun mengungkapkan harapannya agar gerakan literasi di Bandung ke depan lebih inklusif dan menyasar kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.
“Mereka berhak mendapat perhatian dan pendekatan yang inovatif,” ujarnya.
Pesan untuk Anak Muda
Untuk anak-anak dan remaja yang belum tertarik membaca, Femi memberi pesan sederhana namun bermakna: “Membaca bukan soal seberapa tebal bukunya atau seberapa cepat kamu selesai. Tapi tentang membuka pintu ke dunia yang mungkin belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.”
Menutup perbincangan, Femi menegaskan filosofi yang ia pegang selama menjalani peran sebagai Duta Baca: “Literasi bukan milik mereka yang sempurna, tapi literasi adalah milik mereka yang percaya.” (han)












