CLOSE ADS
CLOSE ADS
PASJABAR
Senin, 17 November 2025
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
No Result
View All Result
PASJABAR
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home HEADLINE

Hikayat Bendera

Hanna Hanifah
7 Agustus 2025
Bendera

ilustrasi. (foto: istockphoto)

Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT
Opini Kegaduhan Politik
Dosen Yayasan Pendidikan Tinggi Pasundan Dpk FH UNPAS, Firdaus Arifin. (foto: pasjabar)

Oleh: Firdaus Arifin, Dosen FH Unpas dan Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat (Hikayat Bendera)

WWW.PASJABAR.COM — Di tiang-tiang bambu yang dulu ditegakkan dengan harap dan darah, bendera pernah menjadi lebih dari sehelai kain. Ia menjelma lambang. Bukan semata tanda milik atau simbol negara, melainkan penjelmaan dari mimpi, luka, dan martabat kolektif. Merah dan putih, dalam sejarah Indonesia, bukan sekadar warna. Ia adalah kontrak tak tertulis antara rakyat dan tanah air, bahwa apa pun yang terjadi, kehormatan tak boleh diremehkan. Bahwa mati untuk sepotong kain bisa menjadi hidup untuk sebuah keyakinan.

Namun di tengah parade zaman, simbol bisa kehilangan maknanya, atau justru dipaksakan menjadi makna baru. Kita hidup di zaman ketika anak muda lebih menghafal bendera bajak laut daripada mengingat tanggal lahir pahlawan nasional. Sebagian menyebutnya krisis identitas. Sebagian lagi menyebutnya evolusi budaya.

Fiksi

Bendera One Piece, atau lebih tepatnya Jolly Roger, adalah simbol dari dunia fiksi. Dunia yang diciptakan Eiichiro Oda dalam bentuk manga, namun lalu hidup dalam imajinasi jutaan manusia. Tengkorak tersenyum dengan topi jerami bukan sekadar lambang bajak laut. Ia adalah mimpi tentang kebebasan, persahabatan, dan melawan tirani. Dalam dunia yang penuh sensor, hukum, dan batas, Luffy dan krunya mengajarkan satu hal sederhana: bahwa untuk menjadi manusia merdeka, kadang kita harus melawan arus.

Baca juga:   Harga Akal

Namun bagaimana jika bendera fiksi itu berkibar di bawah bendera nyata? Bagaimana jika tengkorak tersenyum itu menari di tiang yang seharusnya menegakkan kehormatan negara? Apakah itu bentuk ekspresi? Atau justru bentuk subversi?

Konflik

Pemerintah bereaksi. Larangan dikeluarkan. Pasal-pasal diingatkan. UU Nomor 24 Tahun 2009 kembali dikutip. Simbol negara tidak boleh diduakan, apalagi disandingkan. Dalam logika kekuasaan, simbol adalah wilayah sakral. Menyentuhnya tanpa izin adalah dosa. Menandingi dengan simbol lain adalah penghinaan.

Tapi bagaimana jika anak-anak muda tak sedang menandingi, melainkan sedang mencari makna baru dari kebangsaan yang terasa hampa? Mungkin, bagi mereka, bendera Merah Putih telah kehilangan cerita. Sementara Jolly Roger punya narasi, petualangan, dan integritas meski fiktif. Ini bukan semata soal fanatisme terhadap anime, melainkan haus akan narasi yang jujur.

Bendera selalu lebih dari sekadar kain. Ia menyimpan makna yang dikonstruksi. Di zaman revolusi, ia simbol perlawanan. Di zaman damai, ia simbol kesatuan. Di zaman digital, ia bisa menjadi meme, avatar, atau template.

Baca juga:   Unpas Akan Optimalkan Potensi Guru Besar untuk Bentuk SDM Unggul

Yang dipersoalkan bukan bentuknya, tapi maknanya. Ketika orang mengibarkan bendera, yang mereka ingin tunjukkan bukan warna atau gambar, tetapi siapa mereka. Apa yang mereka perjuangkan. Apa yang mereka percayai. Maka, pertanyaannya bukan kenapa orang mengibarkan Jolly Roger, tetapi kenapa mereka merasa lebih terwakili oleh tengkorak tersenyum daripada simbol resmi negara?

Parodi

Dalam banyak kasus, rakyat menggunakan simbol fiksi untuk menyindir kenyataan. Luffy melawan Pemerintah Dunia yang korup dan menindas. Di dunia nyata, banyak orang merasa hidup dalam sistem yang tak jauh berbeda. Maka Jolly Roger bukan sekadar lambang fandom, tapi juga kritik sosial. Parodi terhadap negara yang kehilangan arah.

Tapi kekuasaan tak mengenal ironi. Ia hanya mengenal loyalitas atau pemberontakan. Ketika seorang remaja mengibarkan Jolly Roger di bawah Merah Putih, ia tak dilihat sebagai pemuda yang haus makna, tapi sebagai ancaman. Negara panik. Padahal yang dibutuhkan mungkin hanya ruang dialog.

Kita hidup di zaman hiper-simbol. Semuanya direpresentasikan oleh logo, emoji, stiker. Simbol menjadi bahasa baru. Tapi di balik semua itu, ada kebutuhan yang lebih dalam: representasi. Manusia ingin merasa dilihat. Diakui. Dipahami.

Jolly Roger berhasil menjadi simbol bukan karena dipaksakan, tapi karena diciptakan oleh imajinasi dan loyalitas emosional. Sementara Merah Putih, dalam banyak ruang publik, menjadi simbol yang wajib, tapi kadang tak lagi hidup. Tidak mati, tapi tidur.

Baca juga:   Fenomena Generasi Z di Malam Hari

Kesadaran

Barangkali yang kita butuhkan bukan melarang, tapi menghidupkan kembali. Menghidupkan cerita-cerita di balik bendera negara. Menyuntikkan narasi-narasi keberanian dan ketulusan. Mengajarkan bahwa Merah Putih bukan simbol negara karena peraturan, tapi karena pengorbanan. Bahwa ia bukan lambang kekuasaan, tapi perjuangan.

Negara yang percaya diri tidak takut pada bendera fiksi. Ia justru belajar darinya. Belajar bagaimana membangun simbol yang hidup, bukan hanya ada. Belajar bahwa generasi muda tak bisa dipaksa hormat, tapi bisa diajak merasa memiliki.

Pada akhirnya, hikayat bendera bukan tentang kain, tapi tentang kepercayaan. Tentang siapa yang dipercaya membawa harapan. Di dunia Luffy, harapan ada di kapal kecil dengan layar sobek dan tawa tulus. Di dunia kita, harapan seharusnya ada di ruang-ruang publik, di tiang-tiang bendera yang tegak, di cerita-cerita tentang bangsa yang jujur dan tak lupa dari mana ia berasal.

Barangkali saatnya kita tidak hanya memaksa orang hormat kepada bendera. Tapi membuat mereka kembali jatuh cinta padanya. (han)

Print Friendly, PDF & Email
Editor: Hanna Hanifah
Tags: benderaHikayat BenderaMerah dan putihOpinisejarah Indonesiasimbol negara


Related Posts

Ngawula
HEADLINE

Ngawula ku Kawasa, Lain Ngawasaan ku Kawasa

30 Oktober 2025
Harga Akal
HEADLINE

Harga Akal

22 Oktober 2025
Narsistik Manipulatif
HEADLINE

Kepemimpinan Narsistik Manipulatif

20 Oktober 2025

Categories

  • CAHAYA PASUNDAN
  • HEADLINE
  • PASBANDUNG
  • PASBISNIS
  • PASBUDAYA
  • PASDUNIA
  • PASFINANSIAL
  • PASGALERI
  • PASHIBURAN
  • PASJABAR
  • PASKESEHATAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASOLAHRAGA
  • PASPENDIDIKAN
  • PASTV
  • PASVIRAL
  • RUANG OPINI
  • TOKOH
  • Uncategorized
No Result
View All Result

Trending

Pelatih Como, Cesc Fabregas, sangat diinginkan Inter Milan sebagai penerus Simone Inzaghi di kursi pelatih. (PIERO CRUCIATTI/AFP)
HEADLINE

Diincar Klub Besar Eropa, Masa Depan Cesc Fabregas di Como 1907 Akhirnya Terjawab!

16 November 2025

www.pasjabar.com -- Presiden Como 1907, Mirwan Suwarso, akhirnya memecah kesunyian terkait rumor yang menyebut Cesc Fabregas siap...

Foto: Jurij Kodrun - FIFA/FIFA via Getty Images

Keok Mengejutkan! Jerman Tersingkir, Ini 16 Besar Piala Dunia U-17 2025 yang Bikin Warganet Heboh!

16 November 2025
Spanyol menang telak 4-0 atas Georgia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Oyarzabal cetak dua gol, Zubimendi dan Torres bersinar meski tanpa Lamine Yamal. (AFP)

Tanpa Lamine Yamal Tak Gentar! Spanyol Menggila Hajar Georgia 4-0, Oyarzabal & Zubimendi Jadi Bintang!

16 November 2025
Islam Makhachev menang angka mutlak atas Jack Della Maddalena. ( Getty Images via AFP/ISHIKA SAMANT)

Islam Makhachev Perkasa! Hajar Jack Della Maddalena 5 Ronde Tanpa Ampun, Rebut Sabuk Welter UFC 322!

16 November 2025
Timur Kapadze. (Getty Images/Zhizhao Wu)

Timur Kapadze Selangkah Lagi ke Timnas Indonesia? Transfermarkt Ungkap Fakta Mengejutkan!

16 November 2025

Highlights

Islam Makhachev Perkasa! Hajar Jack Della Maddalena 5 Ronde Tanpa Ampun, Rebut Sabuk Welter UFC 322!

Timur Kapadze Selangkah Lagi ke Timnas Indonesia? Transfermarkt Ungkap Fakta Mengejutkan!

Diusir Halus dari Madrid? Arsenal Resmi Mundur, Masa Depan Rodrygo Goes Kini di Ujung Tanduk!

Drama Panas MotoGP Valencia 2025! Bezzecchi Juara, Bagnaia Hancur Lebur & Morbidelli Cedera!

Mario Suryo Aji Akhiri Moto2 2025 dengan Drama! Diogo Moreira Juara Dunia, Hasil Akhir Bikin Kaget!

Indra Sjafri Bongkar Alasan Mengejutkan Arkhan Fikri & Rayhan Hannan Absen Lawan Mali: “Risiko Terlalu Besar!”

PASJABAR

© 2018 www.pasjabar.com

Navigate Site

  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Alamat Redaksi & Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI

© 2018 www.pasjabar.com

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.