BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, memastikan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya menangani permasalahan sampah yang masih menjadi tantangan besar. Terutama dalam hal pemilahan dari sumbernya.
“Karena bagaimana pun juga, sampah bisa berdampak pada roda perekonomian,” ujar Erwin.
Ia mencontohkan bahwa penumpukan sampah di Pasar Caringin telah berdampak pada omzet para pedagang.
Jika permasalahan ini tidak segera diatasi, aktivitas perdagangan di kawasan tersebut bisa terganggu. Karena menurunnya jumlah pembeli.
Menurut Erwin, Kota Bandung membutuhkan solusi konkret dalam pengelolaan sampah.
Salah satu opsi yang tengah dipertimbangkan adalah melibatkan tukang angkut sampah. Dalam proses pemilahan langsung di tingkat RW.
Kawasan Bebas Sampah Baru 25%
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudy Prayudi, menyebut bahwa dari 1.596 RW di Bandung, baru 414 RW (25%) yang berhasil menjadi Kawasan Bebas Sampah (KBS).
Sementara itu, sebagian besar RW lainnya masih menghadapi kendala dalam sistem pengelolaan sampah.
Pemkot Bandung telah melakukan berbagai upaya. Termasuk membangun 149 rumah maggot di hampir semua kelurahan. Sebagai bagian dari strategi pengelolaan sampah organik.
Namun, Dudy menegaskan bahwa kesadaran masyarakat dalam memilah sampah masih menjadi tantangan utama.
Konsep Three Brothers untuk Pengolahan Sampah
Sebagai solusi inovatif, PT Bandung Inovasi Organik memperkenalkan konsep Three Brothers dalam pengelolaan sampah, yang meliputi:
- Ngarohrab – Metode pengolahan sampah dengan cara menimbun atau menggali tanah.
- Bio Fertinet – Teknologi hot composting berbasis bakteri asli dari tanah Pasundan untuk mempercepat proses pengomposan.
- Maggot Farming – Pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) untuk mengurai sampah organik dan menghasilkan pakan ternak.
Tenaga Ahli Bandung Inovasi Organik, Luky, menjelaskan. Bahwa teknologi Bio Fertinet mampu mengubah sampah. Menjadi pupuk organik dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan metode konvensional.
“Keberhasilan pengelolaan sampah harus berlandaskan prinsip permaculture. Yakni Earth Care (peduli terhadap bumi), People Care (peduli terhadap manusia), dan Fair Share (pembagian yang adil),” ujar Luky.
Sebagai langkah lanjut, Pemkot Bandung akan mengkaji penerapan teknologi Bio Fertinet ini. Guna menemukan solusi yang lebih efisien dalam menangani permasalahan sampah di Kota Bandung. (put)