WWW.PASJABAR.COM – Dari jalanan kecil di Vrbas, Serbia, hingga kemegahan Anfield, Milos Kerkez telah menempuh perjalanan luar biasa yang kini membawanya ke salah satu klub terbesar di dunia: Liverpool.
Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, nama Kerkez tak lagi asing di kancah Eropa. Ia bukan hanya bek kiri penuh potensi. Tetapi juga simbol dari kerja keras, keberanian, dan mimpi besar yang tak pernah padam.
Kepindahannya dari Bournemouth ke Liverpool musim panas ini, dengan mahar sekitar €47 juta. Bukan hanya investasi masa depan—tapi juga sinyal bahwa sang juara bertahan Premier League ingin terus mendominasi.
Kerkez dikenal sebagai bek kiri modern: eksplosif, tangguh bertahan, dan aktif menyerang. Di Bournemouth musim lalu, ia mencatat 2 gol dan 5 assist dalam 38 laga Premier League—statistik yang cukup mencolok untuk pemain bertahan di tim papan bawah.
Tapi kekuatannya tak berhenti di angka. Dalam hal penguasaan bola, umpan progresif, pressing, dan ketahanan fisik, Kerkez berada di jajaran elit bek muda liga.
Tak heran jika Liverpool yang tengah membangun ulang di bawah pelatih baru Arne Slot langsung merekrutnya.
Dengan Andy Robertson yang mulai menua dan Kostas Tsimikas sudah hengkang, Kerkez datang bukan sekadar pelapis—melainkan pesaing sejati di sektor kiri The Reds.
Dari Vrbas ke Dunia
Karier Kerkez dimulai di jalanan sempit kota Vrbas, Serbia. Bersama dua kakaknya, ia belajar bermain sepak bola secara keras dan apa adanya.
“Kulit saya sering berdarah karena jatuh di aspal. Tapi saya suka itu,” ujarnya kepada The Guardian.
Di sanalah mental petarung itu terbentuk.
Petualangannya terus berlanjut ke Austria (Rapid Wien), Hungaria (ETO Gyor), Italia (AC Milan), Belanda (AZ Alkmaar), dan Inggris (Bournemouth).
Di setiap negara, ia menyerap filosofi bermain yang berbeda, menjadikannya bek yang matang sebelum waktunya. Kini, ia kembali ke Inggris dengan tantangan yang lebih besar: bersinar di klub sebesar Liverpool.
Ditolak Milan, Diburu Liverpool
Di Milan, ia sempat mencuri perhatian di tim Primavera dan laga pramusim, tetapi tak pernah diberi kesempatan di tim utama.
“Saya merasa lebih baik dari full-back lain di Primavera, tapi setiap klub punya pandangan masing-masing,” katanya.
Maka ia pun memilih jalan sulit: pindah ke klub yang memberi menit bermain nyata.
AZ Alkmaar memberinya panggung, dan ia membalasnya dengan performa luar biasa di Eredivisie dan Eropa. Hanya setahun kemudian, Bournemouth datang membawa tawaran Premier League—liga yang menjadi rumah bagi tantangan paling keras sepak bola dunia.
Meski lahir di Serbia, Kerkez memilih membela Hungaria, negara yang menurutnya lebih dulu menghargai keluarganya.
Ia kini telah mengantongi lebih dari 25 caps, termasuk tampil di Euro 2024. Keputusannya ini bukan karena dendam, tapi karena rasa hormat dan loyalitas—nilai yang juga mewarnai gaya bermainnya.
“Saya ingin membalas hormat itu dua kali lipat,” ucapnya.
Keputusan yang kini mengokohkannya sebagai salah satu pemain muda terpenting di skuad Hungaria.
Tantangan dan Peluang di Anfield
Kerkez tidak datang sebagai ‘pemain masa depan’. Ia datang sebagai kompetitor hari ini. Di bawah Arne Slot, yang mengusung filosofi menyerang terukur dan pressing tinggi, peran full-back sangat vital.
Kerkez, dengan kecepatannya menutup ruang dan ketajamannya di sisi kiri, menjadi sosok ideal untuk sistem ini.
Ia bisa membuka ruang untuk winger seperti Luis Díaz, menekan tinggi, hingga membantu transisi bertahan-menyerang dengan mulus. Jika adaptasinya berjalan cepat, ia bisa menjadi penerus alami Andy Robertson—atau bahkan penggantinya di musim ini.
Kerkez adalah tipe pemain yang disukai publik Anfield. Ia bermain dengan hati, tidak takut kontak, dan punya energi tiada habisnya. Tak hanya agresif, ia juga cerdas secara taktik.
“Dia punya mental yang sesuai dengan DNA Liverpool,” tulis kolumnis The Athletic.
Fans akan segera jatuh hati padanya.
Kembali ke Akar
Meski kini hidup di sorotan, Kerkez tetap menjaga akarnya. Ia membangun rumah dekat kota kelahirannya di Serbia, tempat ia memancing dan berkemah setiap musim panas.
“Saya hanya ingin tinggal di alam, memotong kayu, menyalakan api. Tanpa ponsel, tanpa gangguan,” ujarnya.
Ia juga menguasai lima bahasa—tapi merasa tak perlu berbicara satu kata pun ketika berada di ketenangan alam.
Untuk Milos Kerkez, kepindahan ke Liverpool bukan sekadar naik level—tapi juga konfirmasi atas jalur yang ia pilih sendiri: jalan terjal, tapi penuh pembelajaran.
Bagi Liverpool, ini bukan pembelian biasa. Ini adalah pertaruhan cerdas pada masa depan, dalam tubuh pemain muda yang sudah kenyang pengalaman, lintas budaya, dan kompetisi.
Dan bagi Premier League, inilah saatnya dunia menyaksikan: Milos Kerkez telah datang. Dan dia tidak datang untuk bersembunyi. (han)












