BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Kota Bandung selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia dengan kekayaan kuliner, belanja, hingga lanskap alamnya.
Namun, di tengah geliat pariwisata urban yang semakin pesat, muncul gagasan besar yang berpotensi mengubah wajah kota: membangun kebun binatang perkotaan (city zoo) bertaraf internasional yang mampu menjadi ikon konservasi, edukasi, sekaligus magnet wisata baru.
Gagasan ini dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal Perkumpulan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Tony Sumampau.
Sosok yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia konservasi satwa ini menilai Bandung memiliki modal besar. Untuk melahirkan kebun binatang modern yang dapat menjadi rujukan kota lain di Indonesia maupun Asia Tenggara.
“Sebuah kebun binatang modern akan menjadi daya tarik pariwisata yang meningkatkan kunjungan wisatawan. Kita tidak lagi hanya membidik wisatawan domestik, melainkan juga mancanegara,” ujar Tony saat ditemui di Bandung, Senin (4/8/2025).
Menurut Tony, keberadaan kebun binatang modern bukan hanya sekadar fasilitas rekreasi. Tetapi juga investasi jangka panjang yang mampu mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Fungsi Ganda: Rekreasi, Edukasi, dan Konservasi
Selain sebagai destinasi wisata, kebun binatang modern diharapkan berfungsi sebagai pusat konservasi dan penelitian.
Kehadirannya membuka akses bagi generasi muda untuk belajar tentang keanekaragaman hayati. Pentingnya konservasi, dan keterkaitannya dengan keberlanjutan ekosistem.
“Fasilitas ini bisa menjadi laboratorium hidup. Mahasiswa, akademisi, hingga peneliti internasional dapat memanfaatkannya untuk studi dan riset,” tambah Tony.
Data dari Direktorat Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kehutanan serta PKBSI menunjukkan, Kebun Binatang Bandung saat ini masih berada di level “B” atau “Baik”.
Predikat tersebut menandakan operasional lembaga sudah sesuai standar dasar. Namun belum mencapai kategori internasional.
“Komitmen manajemen sudah terlihat, tetapi masih banyak ruang perbaikan. Seperti fasilitas klinik satwa, gudang pakan, dan desain kandang yang lebih mendekati habitat asli,” jelasnya.
Syarat Menuju Standar Internasional
Transformasi menuju kebun binatang kelas dunia bukan sekadar renovasi, melainkan pembangunan ulang dengan paradigma baru. Tony memaparkan sejumlah syarat penting yang harus dipenuhi:
- Kesejahteraan Satwa (Animal Welfare) – Merancang ulang kandang agar menyerupai habitat asli dan menyediakan environment enrichment untuk memicu perilaku alami satwa.
- Fokus Konservasi dan Penelitian – Mengembangkan program pengembangbiakan satwa langka, reintroduksi ke habitat alami, dan kolaborasi dengan lembaga konservasi global.
- Fasilitas Edukasi Modern – Membangun pusat edukasi interaktif, museum konservasi, serta program pembelajaran terstruktur untuk sekolah dan pengunjung umum.
- Manajemen Profesional – Mengadopsi standar manajemen internasional, sertifikasi staf, pemanfaatan teknologi mutakhir, hingga audit keuangan transparan.
“Target akhirnya adalah meraih akreditasi internasional. Seperti dari Southeast Asian Zoos and Aquariums Association (SEAZA) atau World Association of Zoos and Aquariums (WAZA),” tegas Tony.
Investasi Triliunan Rupiah dan Tantangan Waktu
Membangun wisata kebun binatang modern Bandung bukan tanpa tantangan. Estimasi biaya yang dibutuhkan mencapai triliunan rupiah.
Sebagai perbandingan, revitalisasi Singapore Zoo — salah satu kebun binatang terbaik dunia — memerlukan investasi besar dan waktu hingga 10 tahun.
Namun, banyak kota telah membuktikan manfaat jangka panjang dari investasi ini. San Diego Zoo di Amerika Serikat, misalnya, bukan hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pionir konservasi satwa global.
Peluang Besar untuk Bandung
Jika terealisasi, kebun binatang modern ini berpotensi menjadi ikon baru wisata Kota Bandung. Selain meningkatkan daya tarik wisata, keberadaannya juga akan memberi dampak positif terhadap pendidikan, riset, serta keberlanjutan lingkungan.
Dengan dukungan pemerintah, investor, serta partisipasi masyarakat, Bandung berpeluang besar memimpin gerakan konservasi satwa sekaligus memperkaya citra pariwisata Jawa Barat.
“Ini bukan tugas mudah, tapi bukan juga mimpi kosong. Dengan visi yang jelas dan komitmen bersama, Bandung bisa menjadi pionir kebun binatang kelas dunia di Indonesia,” tutup Tony. (*)












