# Nun mati tian topandi
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Kenangan sering kali hanya singgah di kepala, lalu perlahan memudar. Namun, penulis Tian Topandi memilih jalan berbeda.
Dalam bukunya berjudul Nun Mati, ia merangkai kisah ayah, orang tua, hingga jejak kakek-neneknya agar tak hilang ditelan waktu.
Hal tersebut mengemuka dalam gelaran KamSara #12, Kamis (11/9/2025) yang menghadirkan bedah buku Nun Mati.
Dalam sesi yang disiarkan langsung melalui Instagram, Tian berbagi pandangan tentang menulis sebagai cara menjaga ingatan kolektif keluarga.
Bagi Tian, karya ini bukan sekadar nostalgia, melainkan upaya menghadirkan nilai dan pengalaman hidup yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya.
“Menulis adalah untuk kebaikan. Bukan hanya tentang menang atau dikenal, tapi tentang berbagi nilai dan pengalaman yang bisa bermanfaat bagi orang lain,” ungkap Tian dalam sesi diskusi.
Ia juga menuturkan, keluarga adalah support system terkuat dalam perjalanan kepenulisannya. Setiap kali ingin mengirimkan karya untuk lomba atau penerbit,
Tian selalu terlebih dahulu meminta pendapat dari grup keluarga. Dukungan itu, menurutnya, menjadi energi besar yang membuatnya percaya diri untuk terus berkarya.
Melalui Nun Mati, Tian mengajarkan bahwa menulis bukan hanya kegiatan pribadi, tetapi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Sebagaimana ia katakan, kenangan yang ditulis akan hidup lebih lama daripada sekadar ingatan.
Bagi yang belum sempat mengikuti sesi live, siaran ulang KamSara #12 dapat disaksikan melalui reels Instagram @sindikasi.aksara . (tiwi)
# Nun mati tian topandi












