YOGYAKARTA, WWW.PASJABAR.COM — Basarnas menyatakan proses pencarian terhadap dua korban tersisa kecelakaan sungai yang dialami siswa-siswa SMPN 1 Turi saat melakukan kegiatan susur sungai di aliran Sungai Sempor, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat (21/2/2020) dihentikan sementara pada Sabtu malam ini.
“Saat ini masih dilakukan penyisiran, namun nanti pada pukul 21.00 WIB, pencarian akan dihentikan sementara,” kata Kepala Basarnas Yogyakarta Lalu Wahyu Efendi di Posko SAR Gabungan di Turi, Sleman, Sabtu malam.
Menurut dia, pencarian akan kembali dilakukan pada Minggu (23/2) pagi dengan menyusuri aliran Sungai Sempor sejauh 26 kilometer.
“Proses pencarian besok masih sama dengan menyusuri aliran sungai sejauh 26 kilometer dari titik awal kejadian,” katanya.
Ia mengatakan, proses pencarian pada hari ini melibatkan delapan tim, sedangkan untuk besok masih melihat perkembangan tim yang hadir.
“Proses pencarian besok akan dimulai pada pukul 06.00 WIB, dimulai dari titik awal kejadian,” katanya.
Wahyu mengatakan, selama ini pencarian tidak mengalami kendala, hanya saja di sepanjang aliran sungai kemungkinan terdapat palung yang dalam sehingga korban tidak nampak.
“Selain itu juga banyak terdapat rongga-rongga batuan besar, sehingga ada kemungkinan korban tersangkut,” kata Lalu Wahyu Efendi .
Sebelumnya Basarnas Yogyakarta menyebutkan jumlah korban yang ditemukan tewas akibat hanyut di Sungai Sempor, Turi, Sleman saat ini delapan orang sehingga tinggal dua korban yang masih dalam pencarian.
“Ada delapan yang ditemukan meninggal. Masih ada dua yang belum ketemu,” kata Humas Basarnas Yogyakarta, Pipit Eriyanto.
Menurut Pipit, satu korban yang ditemukan pada Sabtu (22/1) atas nama Nadine Fadilah. Setelah sempat diidentifikasi di Puskesmas Turi, korban langsung diserahkan ke pihak keluarga.
Ia mengemukakan jasad Nadine ditemukan di dasar sungai di Dam Lengkong yang lokasinya sekitar 2 kilometer dari lokasi kegiatan susur sungai di Sungai Sempor.
“Korban ditemukan di Dam Lengkong. Posisinya di dasar sungai,” demikian Pipit Eriyanto. (*/antara)