BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– “Sejarah adalah merupakan proses interaksi kontinu antara sejarawan dengan fakta-faktanya, dialog tanpa akhir antara masa kini dengan masa lalu”. Begitulah kutipan yang diambil dari buku ”Apa itu Sejarah” terbitan dari Komunitas Bambu, karya sejarawan Inggris, Edward Hallett Carr.
Menarik untuk dibahas bahwa ternyata sejarah akan selalu hidup dalam kehidupan manusia karena manusia merupakan makhluk yang selain menjadi objek juga menjadi subjek dari sejarah itu sendiri atau dalam kata lain manusia itu menyejarah.
Kalau kita memahami kata “dialog” sendiri sering terpikirkan oleh kita adalah dua orang atau lebih yang sedang membahas sesuatu baik itu di taman, di rumah, di sekolah atau jaman sekarang sedang tren dialog dalam podcast.
Lalu, bagaimana dengan judul diatas? Bukankah “sejarah” itu bukanlah makhluk hidup namun sebuah kata yang kita selalu anggap untuk membahas masa lalu baik masa lalu sendiri atau masa lalu orang lain? Jadi pernyataan dari E.H. Carr apakah salah? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Manusia sendiri pada dasarnya pada hari ini merupakan produk dari masa lalunya. Kita tentunya lahir melalui proses dari bayi kemudian dewasa dan akhirnya tua. Nah proses inilah yang dimaksud dengan dialog tersebut.
Dialog manusia dengan sejarah utamanya membahas identitas kita masing-masing. Identitas itu adalah ciri khas yang membedakan kita dengan orang lain dan kita sadar akan perbedaan itu.
Identitas itu kita bentuk dari yang apa kita sebut sebagai memori yang tersimpan dalam pikiran kita masing-masing.
Sepenting apa memori itu bagi manusia? Tentu sangat penting, dengan memori manusia bisa tahu darimana dia berasal, pelajaran apa yang dia pahami, kegiatan apa yang dia lakukan dan bermacam pengalaman-pengalaman lainnya.
Orang-orang Yunani Kuno beranggapan bahwa jika memori tiada maka manusia itu mati. Memori itulah yang membuat kita eksis hingga hari ini. Memori jugalah yang membuat kenangan dalam diri kita dan hal itulah yang membuat kita terus menerus terhubung dengan masa lalu kita.
Tentu tidak semua masa lalu kita ingat, seperti contoh pada hari ini tanggal 12 Februari sepuluh tahun yang lalu apa yang kalian lakukan saat itu?
Sebagian besar pasti akan kesulitan untuk mengingat terkecuali jika ada peristiwa berkesan. Biasanya peristiwa-peristiwa itu akan kita kenang di masa kini yang kita sebut nostalgia. Sebut saja nostalgia bareng keluarga, bareng teman-teman nongkrong atau malahan nostalgia dengan mantan mungkin? Sudah jangan galau ya.
Mari kita lanjutkan, jika ada manusia yang menyatakan masa lalu itu tidak penting, masa kini dan masa depan lebih penting. Mungkin dia tak menyadari bahwa tritunggal demikian tidak dipisahkan karena saling terkait. Bisa disimpulkan jika masa lalu itu proses kehidupan, masa kini adalah eksistensi atau keberadaan kita sekarang, dan masa depan adalah cita-cita, rencana atau Impian kita yang sudah terbentuk di masa kini melalui pengalaman di masa lalu.
Jadi mustahil kita melupakan masa lalu begitu saja. Ada kutipan menarik dari film “The Davinci Code” yang diadopsi dari novelnya Dan Brown.
“Tiada manusia benci sejarah, mereka hanya benci masa lalu mereka sendiri”. Manusia dan sejarah akan terus selalu berdialog karena mereka ditakdirkan akan terus bersama hingga nanti. Jika manusia punah, maka sejarah itu akan berhenti dan perjalanan juga berakhir seperti akhir dari tulisan ini.
Ditulis oleh : Muhammad Aulia Iskandar Muda, Tenaga pendidik dalam bidang Sejarah dan Sosiologi, penulis buku serta artikel populer dan ilmiah di media daring.
(*/tiwi)