*)CAHAYA PASUNDAN
Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si (Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan)
Banyak ahli berusaha mendefinisikan manusia, meskipun kata ‘manusia’ itu sendiri sudah biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Secara bahasa, manusia berasal dari ‘manu’ (Sansekerta) atau ‘mens’ (Latin), yang keduanya berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Secara istilah, manusia berarti suatu konsep atau fakta, gagasan atau realitas, kelompok (genus) atau individu. Manusia bisa memiliki arti yang berbeda-beda berdasarkan pada sudut pandang.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan ke dalam homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), yaitu spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Ada juga yang berpendapat bahwa “manusia” berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu nasiya, yang berarti lupa atau melalaikan.
Itulah sebabnya manusia memiliki watak pelupa, dan karena itu pula manusia sering berbuat salah.
Dalam hadis, disebutkan bahwa Nabi Saw bersabda:
“Setiap anak Adam (manusia) pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertobat dari kesalahannya dan tidak mengulanginya.” (Hr At-Tirmidzi)
Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Allah dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam sekitarnya dalam hubungan timbal-balik, baik secara positif maupun negatif.
Manusia adalah makhluk individual yang memiliki pemikiran- pemikiran tentang apa yang dinilainya baik.
Manusia pun adalah makhluk sosial yang saling terhubung dan terkait dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Menurut Al-Quran dan Sunnah, manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi untuk memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia.
Allah selaku pencipta alam semesta, termasuk manusia di dalamnya, telah memberikan informasi lewat wahyu Al-Quran dan realita factual yang tampak baik di alam semesta maupun di dalam diri manusia sendiri untuk diteliti dan dipikirkan.
Selain itu, manusia juga merupakan makhluk yang unik.
Ia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, baik bentuk fisik maupun ruhaniahnya.
Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan padanya dalam mengelola alam semesta ini. (*)