BANDUNG BARAT, WWW.PASJABAR.COM— Lembang tak hanya tentang kabut pagi dan udara sejuk. Ia juga menyimpan jejak masa lalu, jejak yang diam-diam membentuk siapa kita hari ini. Jalan-jalan yang kini kita lalui dengan santai, dulunya adalah jalur para tuan tanah, pejabat Hindia Belanda, dan para misionaris yang ikut membentuk wajah Lembang.
Dalam rangka menyibak kembali jejak-jejak tersebut, Temu Sejarah Explore #6 digelar pada Minggu pagi (20/7/2025) dengan tema “Lembang Dalam Sketsa Kolonialisme.”
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Temu Sejarah dan Komunitas Sejarah Lembang, dengan menghadirkan narasi mendalam dari Malia Nur Alifa.
Para peserta diajak menjelajahi titik-titik bersejarah di pusat Lembang, mulai dari Gedung Arca, SMPN 1, Pendopo, Masjid Agung, eks Rumah Wedana, bekas peternakan milik Negel Mayer, kawasan PDAM, Museum Karmel hingga Rumah Ursone Lembang.
“Ditengah gempuran wisata fomo di Lembang, kami semua berani melawan arus dengan menapaki kejayaan masa lalu Lembang, karena semestinya dari sejarah kita belajar untuk mendapatkan masa depan yang penuh kebijaksanaan,” terang Malia Nur Alifa.
Adapun Founder Temu Sejarah. Tiwi Kasavela, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan edisi ke-6 setelah sebelumnya diadakan di Bandung, Solo, Ngawi, Malang, dan Jakarta.
“Kali ini kita kembali ke Jawa Barat, Lembang. Rencana berikutnya kita akan ke kawasan Jawa Timur, dan mudah-mudahan bisa explore ke luar Jawa juga,” ujar Tiwi.
Lebih lanjut, Tiwi menambahkan bahwa semangat dari kegiatan ini bukan hanya soal menelusuri sejarah, tapi juga memahami siapa diri kita.
“Supaya kita lebih mengenal tempat di mana kita tinggal, lebih sadar akan diri dan lingkungan, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana. Sejarah adalah cermin—bukan hanya warisan tak benda, tapi juga benda, bangunan, dan ruang-ruang yang kita tempati,” ungkapnya.
Selain kegiatan jelajah sejarah, Temu Sejarah juga secara konsisten mengadakan diskusi buku setiap Kamis malam.
“Jadi selain kita berdiskusi, kita juga jalan-jalan. Semoga makin banyak yang suka sejarah, dan makin banyak inspirasi yang bisa kita temukan dari apa yang telah diwariskan para leluhur,” tutupnya. (tiwi)












