BANDUNG – WWW.PASJABAR.COM – Pasar Biru merupakan sebuah festival buku yang pertama kali digelar di Bandung Timur, tepatnya di Teras Sunda Cibiru pada tanggal 9-13 Desember 2019.
Pasar Biru kemudian digelar di tempat yang berbeda, yaitu di Cicalengka pada tahun 2019 dan Cinambo pada tahun 2022.
Festival buku ini selalu menekankan beragam diskusi mengenai berbagai isu seperti sejarah, seni dan budaya.
Pada tahun ini, Pasar Biru kembali menggelar festival buku di Lio Genteng, tepatnya di Kantor Aula RW 05 Nyengseret Lio Genteng, Astanaanyar, Bandung.
Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari, yaitu dari tanggal 13-15 Desember 2024.
Kegiatan ini mengusung tema “Pasar Buku Lio Genteng: Dari Kampung Ini Kami Belajar” yang bertujuan untuk memberikan literasi kepada masyarakat, khususnya anak-anak di Lio Genteng.
Gelaran Festival Buku Pertama di Lio Genteng
Sandi Syarif, ketua pelaksana dari Pasar Buku Lio Genteng mengungkapkan bahwa kegiatan ini baru pertama kali dilaksanakan di Lio Genteng.
Selain itu, Sandi juga menanggapi antusiasme warga yang mendukung kegiatan ini.
“Alhamdulillah, selama 3 hari ini banyak warga dan pengurus yang ikut serta dalam pasar buku ini,” tuturnya.
Pasar Buku Lio Genteng ini menawarkan beragam kegiatan, dimulai dari diskusi, seperti diskusi literasi, diskusi kesundaan, diskusi suara pelajar, diskusi Zine X-Treme, dan diskusi ‘Belajar pada Kampung Sendiri’.
Selain itu, kegiatan ini juga mengadakan penampilan seni/musik dan juga pembersihan sungai Cikakak.
Sandi menuturkan bahwa kegiatan ini berkolaborasi dengan banyak pihak, khususnya komunitas literasi.
“Ada beberapa komunitas literasi yang berkolaborasi dengan kegiatan ini. Lumayan banyak juga, termasuk dari Bandung Bergerak, Lengser, Pasar Biru, dan komunitas lain yang ikut serta dalam kegiatan ini,” ujarnya.
Pasar Buku Lio Genteng ini menghadirkan beberapa pelapak buku, mulai dari Jajan Buku, James Book, Lawang Buku, Jaringan Buku Alternatif, Bunga di Tembok dan Toko Kenangan Asik.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam meningkatkan minat baca dan semangat belajar di lingkungan kampung kota.
“Semoga masyarakat di Lio Genteng bisa memahami apa itu literasi, karena mungkin literasi bukan hanya menulis dan mengarang cerita saja. Semoga mereka lebih paham dan kedepannya mereka mau mengikuti kegiatan yang diadakan,” pungkas Sandi. (hanna/salma)