BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dalam rangka memperingati Hari Lahir Rd. Dewi Sartika dan Hari Ibu Nasional, Pengurus Besar Paguyuban Pasundan bersama Ikatan Istri Keluarga Universitas Pasundan (IIKU) dan Paguyuban Pasundan Cabang Kabupaten Tasikmalaya menggelar penyuluhan bertema “Miara jeung Mekarkeun Basa Sunda di Lingkungan Kulawarga sareng Sakola”.
Kegiatan penyuluhan dari Paguyuban Pasundan ini berlangsung pada Senin (23/12/2024), di Kabupaten Tasikmalaya, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk guru-guru dari berbagai wilayah pendidikan.
Ketua Penyelenggara, Dr. dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes., M.Si., M.H.Kes., menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk membiasakan penggunaan bahasa Sunda di lingkungan keluarga dan sekolah agar bahasa ibu tidak punah.
“Tujuan acara ini pertama, untuk memperingati Hari Lahir Rd. Dewi Sartika, dan kedua, membiasakan anak-anak menggunakan bahasa Sunda agar tetap menjadi bagian dari jati diri urang Sunda. Penelitian menunjukkan bahwa menguasai lebih dari satu bahasa dapat meningkatkan perkembangan otak, sehingga ada manfaat signifikan bagi pendidikan,” jelasnya.
Acara ini dihadiri 155 peserta yang terdiri dari guru perwakilan 75 sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA.
Para guru diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu menerapkan penggunaan bahasa Sunda di lingkungan sekolah masing-masing.
Dua pemateri dihadirkan untuk memberikan pandangan dan langkah konkret terkait pelestarian bahasa Sunda. Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum., menyampaikan materi tentang pentingnya menjaga bahasa ibu sebagai identitas budaya.
Sementara Etti Rochaeti Soetisna, S.S., M.Hum., membahas upaya pelestarian bahasa Sunda dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
Melestarikan Bahasa Indung
Ketua Cabang Paguyuban Pasundan Kabupaten Tasikmalaya, Drs. Erry Purwanto, M.Si., mengungkapkan keprihatinannya terhadap krisis penggunaan bahasa Sunda di masyarakat.
“Kami sering mendengar bahwa bahasa Sunda mulai merosot, terutama di sekolah dan keluarga. Oleh karena itu, kami menggagas acara ini untuk mengembalikan jati diri urang Sunda melalui bahasa dan budaya,” ujarnya.
Ia berharap para guru yang mengikuti penyuluhan ini dapat menyebarkan semangat pelestarian bahasa Sunda kepada siswa.
“Bahasa Sunda harus tetap digunakan, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Hal ini sejalan dengan amanat undang-undang bahwa pemerintah wajib melestarikan bahasa dan budaya daerah,” tambahnya.
Sementara Ketua Pemberdayaan Masyarakat PB Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. Bambang Heru P., M.Si., menekankan pentingnya kolaborasi lintas cabang untuk memperkuat gerakan pelestarian bahasa Sunda.
“Gerakan ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi juga akan dilanjutkan di cabang-cabang Paguyuban Pasundan lain. Bahasa Sunda harus tetap lestari seperti bahasa-bahasa daerah lainnya yang masih digunakan hingga kini,” tegasnya.
Acara ini menjadi langkah awal dari gerakan besar untuk melestarikan bahasa Sunda.
Dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk sekolah, masyarakat, dan Paguyuban Pasundan, diharapkan bahasa Sunda tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda. (han)