BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan(HMTP) Fakultas Teknik Universitas Pasundan (FT UNPAS), menggelar Pra event food festival 2020 dengan seminar nasional bertema Membangun Kesadaran Masyarakat untuk Mengelola Pangan Menuju Zero Hunger, Kamis (5/3/2020) di Aula Otto Iskandar Dinata, Kampus IV Unpas, Jalan Dr. Setiabudi No 193 Kota Bandung.
Acara yang diikuti 450 peserta yang merupakan mahasiswa teknologi pangan dan para alumni, dihadiri langsung oleh Rektor Unpas, Dekan Fakultas Teknik Unpas, Ketua Prodi Teknologi Pangan, tamu undangan dan akadmisi dengan narasumber Ketua Umum PAPTI Prof. Dr.Umar Santoso,.MSc dan Vice Chair Codex Alimentarius Commission (CAC) Prof Dr. Ir.Purwiyatno Hariyadi.,MSc.
Dekan Fakultas Teknik Unpas, Dr. Ir.Yusman Taufik, MP. dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan sarana penyampaian ide atau gagasan dari mahasiswa Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan kepada masyarakat, khususnya dalam hal turut membantu mensosialisasikan mengenai Zero Hunger.
“Indeks kelaparan dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator salah satunya kasus kurang gizi dari populasi penduduk. Adapun indeks kelaparan di Indonesia berdasarkan Global Hunger Index kita berada pada peringkat 73 di dunia dengan skor 21,9 pada tahun 2018,” terangnya.
Dikutip dari situs resmi Global Hunger Index (GHI) tahun 2019, diketahui tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di dunia terus mengalami penurunan dari 117 negara Indonesia menempati peringkat 70. Indeks kelaparan di Indonesia terus mengalami penurunan dari 21,9 menjadi 20,1 di tahun 2019. Ada tiga kategori yang dipakai oleh GHI, yaitu kategori rendah (kurang dari 9,9), moderat (10-19,9), serius (20-34,9), mengkhawatirkan (35-49,9), sangat mengkhawatirkan (lebih dari 50).
“Hal ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki masalah kelaparan tingkat serius yang memerlukan perhatian lebih. Dengan adanya acara ini, diharapkan adanya aksi untuk mengatasi kelaparan dan sekaligus memperkuat Ketahanan Pangan di Indonesia,”jelasnya.
Bentuk perwujudan ketahanan pangan salah satunya adalah tersedianya pasokan pangan. Kendala-kendala yang mempengaruhi tersedianya pasokan pangan antara lain kendala lahan, kurangnya inovasi teknologi produksi pangan, kendala infrastruktur, ketidakseimbangan produksi pangan antar wilayah, kendala kehilangan hasil panen dan pemborosan pangan yang tinggi. Pemborosan pangan mulai dari pasar yakni membeli bahan pangan berlebihan tidak sesuai kebutuhan kemudian disimpan dirumah dan dimasak namun tidak dimakan.
“Permasalahan pemborosan pangan di Indonesia dapat dilihat di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari antara lain banyaknya makanan yang terbuang di warteg, rumah makan, restoran, saat resepsi pernikahan dan acara-acara lainnya. Bahan pangan yang terbuang masih dalam keadaan mentah atau sebelum dimasak dan makanan yang sudah masak namun tidak dimakan seluruhnya, Banyak yang membutuhkan, banyak juga yang membuang,” tandasnya.
Yusman menambahkan bahwa pentingnya kesadaran menghargai makanan merupakan salah satu hal kecil yang perlu ditanamkan dalam diri masing-masing. Dengan menghargai makanan secara tidak langsung kita telah menghargai perjuangan para petani yang telah menanam dan berusaha keras untuk menyediakan bahan pangan. Petani mempunyai peran yang besar dalam menyediakan bahan pangan.
Ketahanan pangan tidak dapat diwujudkan jika hanya dengan mengandalkan pemerintah. Untuk mewujudkan ketahanan pangan diperlukan sinergitas antara pemerintah, petani dan Akademisi. Pemerintah membuat program pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas petani agar menjadi terampil dan berpengetahuan sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil usaha tani yang lebih baik dan diharapkan dapat menciptakan suatu ketahanan pangan.
“Diperlukan dukungan peranan para akademisi dalam hal perwujudan pengembangan dan inovasi produk pangan sehingga dapat memacu peningkatan nilai tambah daya saing dan keuntungan bagi produk pangan nasional yang akan dihasilkan melalui penerapan aplikasi teknologi untuk memenuhi kualitas kualitas produk pangan dan nilai kuantitas yang diharapkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum HMTP UNPAS M. Maulana Ichsan menambahkan bahwa dengan SDM yang terus meningkat namun kebutuhan pangan yang semakin menurun maka setiap msyarakat perlu memiliki kesadaran untuk meningkatkan ketahanan pangan agar tidak ada kelaparan atau stunting pada balita.
“Berdasarkan jurnal bahwa setiap tahun terdapat peningkatan pada pemborosan makanan dalam hal menghanburkan makanan dan tidak mengelola limbah makanan padahal jika kita menggunakan limbah tersebut maka akan menghasilkn hilai lebih dan meningkatkan pola hidup sehat masyarakat,” terangnya.
Dengan adanya seminar ini Ichsan berharap bahwa kesadaran para peserta akan meningkat dan apa yang disampaikan oleh para pemateri dapat diimplentasikan oleh setiap individu.
“Adapun untuk agenda selajutnya kami akan mengadakan Food festival pada 18 April mendatang, dengan konsep culinary night ditambah dengan praktikum pangan dan diselingi oleh guest star,” tutupnya. (Tan)