BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat adalah hal yang perlu dilakukan, sehingga kesadaran masyarakat terhadap potensi kebencanaan bisa semakin terbuka.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pun menggandeng komunitas relawan dan para pakar yang tergabung di Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) untuk mengedukasi masyarakat. Yakni perihal mitigasi kebencanaan.
Wali Kota Bandung, Oded M. Danial berharap, kehadiran FPRB mampu memperluas jangkauan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam edukasi kepada masyarakat.
“Tentu saya berharap ketika forum sudah dikukuhkan, mereka menjadi mitra kerja dengan Pemkot Bandung dalam urusan bencana. Bisa membantu memitigasi bencana, dalam konteks pencegahaannya,” kata Oded usai pelantikan pengurus FPRB periode 2021-2024 di Pendopo Kota Bandung, Kamis, (30/9/2021).
Oded menuturkan, setiap potensi bencana bisa datang secara tiba-tiba. Namun risiko dampak yang lebih besar dapat diminimalisir apabila masyarakat sudah paham terhadap langkah penanganannya.
“Kita harus mengoptimalkan edukasi kepada masyarakat. Agar masyarakat bisa siap siaga menghadapi bencana. Itu yang dikedepankan,” ujarnya.
Oded juga berharap, FPRB bisa berperan aktif bekerja sama dengan Pemkot Bandung melalui Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) untuk senantiasa terjun ke tengah-tengah masyarakat.
“Tugas pokok fungsi forum ini di antaranya memberi pelatihan-pelatihan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua FPRB, Trio Meirdiano menyatakan, langkah edukasi mitigasi bencana sangat penting untuk mengurangi dampak. Sehingga FPRB ini mewadahi banyak Sumber Daya Manusia (SDM) dari berbagai disiplin keahlian.
“Jadi FPRB tergabung di beberapa komunitas. Saat musyawarah pertama pada 22 September lalu, ada 35 komunitas dari segala unsur. Kita bermain di segala instrumen, mengingat mengurangi risiko ini sangat penting,” ucap Trio.
Trio melanjutkan, FPRB ini 75 persen muatannya berkenaan dengan kajian-kajian tentang berbagai potensi kebencanaan. Kemudian 25 persen sisanya, yakni praktek dan survei di lapangan.
Trio mengungkapkan, perlu pemahaman di tengah masyarakat bahwa mitigasi kebencanaan bukan hanya terkait kondisi alam. Namun turut dipengaruhi oleh perilaku manusia yang juga berkontribusi terhadap potensi terjadinya bencana.
“Ketika stigma masyarakat mendengar bencana, itu alam. Padahal sosial juga faktor utama terjadinya bencana. Kita harus diperbaiki lagi agar lebih fokus menjaga semua bencana,” katanya. (*/tiwi)