BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad) membuat “Ofelos Larvasida Ball” yaitu robot pengedali Larva Aedes aegypti. Robot ini dibuat oleh 5 mahasiswa di antaranya Alifia Febriani (Agribisnis), Dira Purwasih (Agribisnis), Siti Sintasari (Kimia), Veadora Yasminingrum (Teknik Elektro), dan Adinda Salsabila (Teknik Informatika) dengan dosen pembimbing Vira Kusuma Dewi, S.P., M.Sc., Ph.D
Dilansir dari unpad.ac.id pada Sabtu (16/9/2023), para mahasiswa merancang ide tersebut melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) dengan mengusung judul “Smart Portable Larvasida Ball Berbahan Daun Ciplukan dan Kemangi sebagai Upaya Pengendalian Larva Nyamuk Aedes aegypti yang Terintegrasi IoT”. PKM ini lolos didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi RI tahun 2023.
Inovasi ini didasarkan atas hasil observasi tim terkait tingginya potensi penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Sehingga dibutuhkan sebuah inovasi untuk mengendalikan larva Aedes aegypti sebagai vektor penyebaran DBD di tempat perindukan nyamuk seperti selokan perkotaan.
“Ofelos larvasida ball” merupakan sebuah smart portable robot yang berfungsi mendeteksi, menyedot, dan membunuh larva Aedes aegypti. Mengusung konsep smart portable, robot ini mengusung kepraktisan dan fleksibilitas dalam penggunaannya.
Robot dilengkapi dengan ESP 32 Cam yang berfungsi sebagai object recognition. Keadaan sekitar robot Ofelos dapat ditinjau melalui website dengan fitur monitoring sehingga memudahkan penggunaan dan pergerakan robot Ofelos dalam mencari larva nyamuk.
Larva nyamuk yang telah terekognisi, akan disedot dengan submersible water pump dan ditransmisikan ke layer bawah dimana terdapat granula ekstrak daun ciplukan dan kemangi.
Daun kemangi dimanfaatkan sebagai agent contact poison yang dapat merusak dan memberikan sensasi terbakar pada kulit larva. Sedangkan daun ciplukan berfungsi sebagai senyawa yang mengganggu sistem saraf pada larva.
“Ofelos Smart Portable Larvasida Ball menyempurnakan teknologi terdahulu dengan mempertimbangkan aspek kearifan lokal melalui daun kemangi dan ciplukan,” ungkap Alifia Febriani. (*/ran)