BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber) menilai, pelatih Persib Bandung Robert Alberts minim strategi. Hal itu membuat perjalanan tim pada seri ketiga Liga 1 2021/2022, jauh dari kata mulus.
Persib hanya mengantongi dua kemenangan dan tiga kekalahan. Tiga kekalahan itu bahkan didapatkan saat menghadapi tim besar, yaitu Persija Jakarta, Arema FC, dan Persebaya Surabaya.
Melawan Persebaya, Persib hancur 0-3. Hal itu tak lepas dari strategi pelatih Robert Alberts yang dianggap tak efektif. Sempat mendominasi di babak pertama, Persib hancur di babak kedua.
“Permainan kemarin (saat dikalahkan Persebaya) sebagai antiklimaks. Si pelatih minim strategi,” kata Sekretaris Bomber Mediaswara.
Menurutnya, Persib cenderung mengandalkan pemain yang itu-itu saja. Gaya permainan pun tak berubah signifikan. Persib kerap mengandalkan permainan menyerang dari sektor sayap yang diakhiri umpan silang ke kotak penalti.
Permainan seperti ini dengan mudah dibaca lawan. Sehingga, banyak serangan yang akhirnya terbuang sia-sia. Duel melawan Persebaya pun jadi bukti Robert Alberts minim strategi seperti yang dimaksudnya.
Ini terlihat dari babak pertama yang dikuasai Persib dan menciptakan beberapa peluang emas. Tapi, tak ada gol tercipta. Namun, di babak kedua, Persib justru hancur lebur oleh Persebaya.
“Babak pertama kan bisa dilihat di statistik, kita (Persib) ada empat tendangan ke gawang, di sana (Persebaua) nol. Di babak kedua, mereka tiga kali shoot, tiga gol. Padahal babak pertama dari statistik kita menang,” sesalnya.
Pemain Persib
Dia pun menyoroti pemain-pemain Persib, yang mental bertandingnya mudah terganggu. Saat pemain Persib mulai dikasari pemain lawan, mereka cenderung mudah emosi yang berujung pada buruknya performa tim.
“Kadang dari Persib tuh kalau sudah mulai agak dikasarin, suka terpancing, mudah emosian. Dari mentalnya juga kalau menghadapi tim bagus, mentalnya tuh jelek,” tegas Medi.
Peran pelatih yang harusnya bisa memompa semangat tempur pemain pun dipertanyakan. Sebab, ketika tim dalam kondisi tertinggal, semangat mengejar ketertinggalan kurang menggebu.
“Di saat timnya tertinggal tuh bukan menginstruksikan lebih ngotot atau gimana, ini kayak melempem,” ucapnya.
“Ini sangat krusial. Si pelatih tuh harusnya memberikan motivasi, gimana caranya supaya ngangkat mental anak-anak di lapangan (ketika tertinggal),” cetus Medi.
Disinggung soal komposisi pemain, Persib sebenarnya memiliki skuad yang mewah. Namun, pemain mewah ini tak bisa dikelola dengan baik. Sehingga, permainan Persib masih tak sesuai harapan.
“Ibarat nasi goreng, kalau dia pengin enak, kokinya yang bagus. Sama juga permainan kalau pelatih bisa meramu pemain. Dari segi pemain mah sudah bagus (kualitasnya),” paparnya.
Dia pun mendesak manajemen segera mengevaluasi kinerja Robert Alberts. Jangan sampai hasil minor terus berlanjut dan kans Perisb jadi juara makin menjauh.
Soal dipecat atau tidak, dia memandang itu jadi ranah manajemen. Tapi, dia meminta manajemen Persib mendengar suara Bobotoh yang kini mulai ‘gaduh’ melihat performa Persib dengan permainan kurang apik dan hasil kurang ciamik.
“Mudah-mudahan dari pihak manajemen bisa mengakomodir keinginan dari Bobotoh. Jangan hanya menilai dari satu pihak. Mungkin manajemen melihat bagus, tapi dari segi Bobotoh harus dipertimbangkan juga (masukannya) karena kita melihat ini ada yang kurang,” tandas Medi. (ors)