BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Penyerahan Hadiah Sastra Rancagé, penganugerahan bergengsi bagi penulis buku berbahasa daerah akan dilaksanakan di Kampus Universitas Pasundan, Gedung Mandala Saba Ir. H. Djuanda, Kampus II Unpas, Jl. Tamansari No. 4-8, Bandung.
Dilansir dari unpas.ac.id pada Senin (15/5/2023), Hadiah Sastra Rancagé yang pertama kali digagas oleh Sastrawan Sunda Ajip Rosidi berkaitan erat dengan misi Unpas dalam menjaga, memelihara, dan mengembangkan budaya Sunda.
Ketua Lembaga Budaya Sunda (LBS) Unpas Hawe Setiawan juga dipercaya Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk menjadi juri karya sastra Sunda.
“Hadiah Sastra Rancage sudah diberikan sejak 1989. Awalnya hanya untuk tokoh dan karya sastra Sunda, tapi sejak 1994 diperluas ke daerah Jawa, Bali, Batak, Lampung, Banjar, dan Madura,” jelas Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Rancagé, Etti Rochaeti Soetisna.
Karya Bahasa Mulai Bermunculan
Melalui hal ini, karya berbahasa daerah mulai bermunculan dan memacu kreativitas pengarang daerah meski semula dianggap kurang prospektif.
Untuk menelusuri penulis dan karya berbahasa daerah, Yayasan Kebudayaan Rancagé menggandeng Balai Bahasa dan memanfaatkan media sosial.
“Dulu kita hanya mengandalkan relasi di tiap daerah dan publikasi di media cetak yang jumlahnya terbatas,” tuturnya.
Digaetnya perguruan tinggi juga menjadi upaya Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk memopulerkan sastra daerah.
“Setidaknya mahasiswa dan akademisi tahu, bahkan termotivasi untuk menulis sastra daerah, atau minimal mengapresiasi,” sambungnya.
Menurut Etti, dibanding sastra nasional, sastra daerah masih memprihatinkan. Royalti pengarang tidak terjamin dan kalah saing dengan karya sastra nasional.
“Dulu, kalau ada buku sastra daerah yang diterbitkan, almarhum Ajip Rosidi berharap buku-buku tersebut dibeli pemerintah dan dibagikan ke sekolah atau perpustakaan. Sayangnya, tujuan itu tidak tercapai,” ujarnya.
Kendati demikian, hadirnya penganugerahan ini secara tidak langsung menjadi lambang supremasi sastra daerah.
“Ibarat Penghargaan Nobel bagi orang-orang yang berjasa di bidang Fisika, Kimia, Sastra, Perdamaian, Fisiologi, atau Kedokteran, Hadiah Sastra Rancagé bisa dibilang pencapaian tertinggi bagi pengarang buku berbahasa daerah,” terangnya.
“Saya mengamati di sini, banyak penulis muda yang terpacu untuk menulis sastra Sunda, mungkin di daerah lain juga begitu. Jadi setidaknya ada harapan regenerasi,” tandasnya. (*/ran)