www.pasjabar.com — Konflik militer antara India dan Pakistan memasuki fase paling berbahaya dalam beberapa dekade terakhir. Kedua negara yang sama-sama bersenjata nuklir kini tak hanya saling menembakkan rudal, tetapi juga terlibat dalam perang pesawat nirawak atau drone warfare—fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya di Asia Selatan.
Sejak Sabtu (10/5/2025) dini hari, laporan ledakan terdengar dari berbagai kota seperti Srinagar, Jammu, dan Pathankot.
Selain itu ledakan juga terdengar di Udhampur wilayah Kashmir yang dikelola India.
Pakistan mengklaim telah menghancurkan fasilitas militer India termasuk penyimpanan rudal dan pangkalan udara.
Hal tersebut sebagai bagian dari operasi “Bunyan-un-Marsoos” sebagai respons atas serangan rudal India sebelumnya ke wilayah Rawalpindi dan Chakwal.
Sementara itu, India belum memberikan pernyataan resmi terkait klaim tersebut, namun terus meningkatkan kesiapan militernya di sepanjang Garis Kontrol (LoC).
Perang Drone: Senjata Baru di Konflik Lama
Penggunaan pesawat tanpa awak dalam konflik ini mencerminkan perubahan signifikan dalam strategi militer India dan Pakistan.
India dituduh meluncurkan drone ke tiga pangkalan militer di Pakistan, sementara Islamabad mengklaim telah menembak jatuh 25 drone, termasuk beberapa di wilayah kota besar seperti Karachi dan Lahore.
India sendiri memanfaatkan teknologi drone dari Israel, seperti Harop dan Heron, yang dikenal karena presisi dan kecanggihannya.
Sementara itu, Pakistan mengandalkan kombinasi drone dalam negeri dan impor dari China serta Turki, seperti CH-4, Bayraktar Akinci, dan drone kamikaze lokal.
Menurut para analis, perang drone ini menciptakan ruang baru dalam konflik konvensional karena memungkinkan serangan presisi tanpa melibatkan pesawat berawak, sehingga mengurangi risiko langsung terhadap pilot.
Dunia Waspada, Risiko Nuklir Meningkat
Kekhawatiran global meningkat karena konflik ini melibatkan dua negara dengan persenjataan nuklir.
Amerika Serikat dan kekuatan global lainnya telah menyerukan de-eskalasi, namun situasi di lapangan terus memanas.
Para ahli memperingatkan bahwa penggunaan pesawat nirawak memang menurunkan ambang batas keterlibatan militer, tapi sekaligus memperbesar risiko eskalasi tidak terkontrol.
“Setiap drone yang ditembak jatuh, setiap radar yang dibutakan, dapat menjadi pemicu konflik berskala penuh,” kata Profesor Jahara Matisek dari Sekolah Tinggi Perang Angkatan Laut AS.
Perang drone ini bisa menjadi fase awal dari konflik yang lebih luas, atau justru menjadi bentuk peringatan terkontrol antar kedua negara.
Namun satu hal jelas: India dan Pakistan tengah berada di titik kritis, dan dunia menyaksikan dengan napas tertahan.