CLOSE ADS
CLOSE ADS
PASJABAR
Minggu, 16 November 2025
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
No Result
View All Result
PASJABAR
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home HEADLINE

Sungai sebagai Penyangga Kehidupan: Saatnya Bertindak Lawan Sampah Plastik dan Krisis Ekologi

Hanna Hanifah
29 Juli 2025
Krisis Sungai

ilustrasi. (foto: istockphoto)

Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT
Dolly Priatna, Pengajar Program Studi Manajemen Lingkungan Universitas Pakuan / Anggota IUCN Commission on Ecosystem Management / Direktur Eksekutif Belantara Foundation

Oleh:  Dolly Priatna, Pengajar Program Studi Manajemen Lingkungan Universitas Pakuan / Anggota IUCN Commission on Ecosystem Management / Direktur Eksekutif Belantara Foundation (Sungai sebagai Penyangga Kehidupan: Lawan Sampah Plastik dan Krisis Ekologi)

WWW.PASJABAR.COM – Sungai-sungai di Indonesia lebih dari sekadar air yang mengalir; sungai adalah urat nadi kehidupan. Yang menopang tatanan sosial-ekonomi dan ekologi masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Fungsinya lebih dari sekadar irigasi dan transportasi—sungai menyediakan mata pencaharian. Memperkuat ikatan sosial, serta mendukung keanekaragaman hayati yang kaya. Namun saat ini, jalur kehidupan ini terancam oleh krisis polusi plastik yang semakin meningkat. Dan degradasi lingkungan yang lebih luas.

Di seluruh Indonesia, sungai-sungai seperti Citarum di Jawa Barat dan Musi di Sumatera Selatan mengalami pencemaran akibat campuran limbah beracun. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (2023) mengungkapkan bahwa 80% pencemaran plastik laut berasal dari sumber di daratan. Dengan sungai berperan sebagai saluran yang membawa sekitar 0,27–0,59 juta ton sampah plastik setiap tahunnya ke laut. Sungai Brantas, misalnya, telah mencatat konsentrasi mikroplastik setinggi 30 partikel per liter, yang tidak hanya mengancam kehidupan akuatik. Tetapi juga kesehatan manusia melalui sumber air yang terkontaminasi.

Krisis ini tidak berhenti pada polusi. Ekosistem sungai di Indonesia—terutama daerah riparian dan lahan basah—kehilangan keanekaragaman hayati pada tingkat yang mengkhawatirkan. IUCN (2022) menggolongkan beberapa spesies yang bergantung pada air tawar di Indonesia sebagai terancam. Termasuk kukang jawa (Nycticebus javanicus) dan berbagai spesies ikan endemik. Fragmentasi habitat, konversi lahan, dan polusi air merupakan penyebab utama. Di Sumatra, alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan telah sangat mengurangi kadar oksigen terlarut di sungai. Sehingga membahayakan organisme akuatik. Di Sulawesi, penambangan emas yang tidak diatur telah menyuntikkan logam berat ke dalam sistem sungai. Membahayakan keanekaragaman hayati dan masyarakat yang bergantung pada perairan tersebut. (Krisis Sungai)

Baca juga:   Restorasi Hutan Riau, Belantara Foundation Gandeng Mitra Jepang Tanam Pohon

Kerusakan Ekologi Ancam Ekonomi

Kerusakan ekologi ini juga menimbulkan ancaman ekonomi. Sungai memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian lokal. Melalui perikanan, pertanian, dan pariwisata berbasis sungai. Di tempat-tempat seperti Desa Temulus, Jawa Timur, pariwisata sungai berkelanjutan telah muncul sebagai penggerak pembangunan ekonomi berbasis masyarakat. Sungai-sungai perkotaan mendukung perikanan dan pertanian skala kecil, yang seringkali menyediakan jaring pengaman penting bagi masyarakat miskin. Namun, seiring menurunnya kualitas sungai, peluang-peluang ini pun ikut menurun. Yang memperkuat siklus kemiskinan dan kerusakan ekologi.

Secara budaya, sungai lebih dari sekadar fungsional—mereka adalah fondasi. Bantaran sungai di kota-kota seperti Yogyakarta berfungsi sebagai ruang komunal untuk rekreasi, festival, dan aktivisme lingkungan. Upaya restorasi sungai berbasis masyarakat di Jawa telah menunjukkan bahwa keterlibatan lokal dapat mengurangi kemiskinan dan memperkuat ikatan sosial. Namun, gerakan akar rumput ini membutuhkan dukungan kebijakan, pendanaan, dan partisipasi publik yang lebih luas agar dapat berkembang.

Baca juga:   Viral Live TikTok Bocorkan Soal TKA 2025! Wamen Dikdasmen Pastikan Investigasi

Secara ekologis, sungai dan lahan basahnya mengatur kualitas air, menyaring polutan, dan mengendalikan banjir. Vegetasi riparian berperan sebagai penyangga, memerangkap sedimen, dan menstabilkan bantaran sungai. Layanan ini sangat penting dalam mitigasi dampak perubahan iklim, terutama di negara yang rentan terhadap kekeringan dan banjir.

Tekanan Semakin Meningkat

Namun, tekanan terhadap sungai-sungai di Indonesia semakin meningkat. Faktor-faktor antropogenik—seperti alih fungsi lahan, pembangunan bendungan, deforestasi, limbah industri, dan pertanian yang tidak berkelanjutan—terus menurunkan kesehatan sungai. Urbanisasi di Jawa, misalnya, telah mengganggu beban sedimen alami dan mengubah aliran sungai. Di banyak daerah, plastik kini menjadi bagian pemandangan yang umum terlihat di sepanjang aliran sungai. Misalnya Sungai Brantas di Jawa Timur. Menurut laporan ECOTON tahun 2022 diperkirakan membawa hampir 400.000 potong sampah plastik setiap hari.

Untuk membalikkan arah ini, Indonesia harus segera mengadopsi strategi pengelolaan daerah aliran sungai terpadu. Strategi ini harus menggabungkan kerja sama hulu-hilir, partisipasi masyarakat. Dan penegakan hukum pembuangan limbah yang lebih ketat. Yang tak kalah pentingnya adalah memperkuat inisiatif ekonomi sirkular—seperti program pembelian kembali plastik dan skema tanggung jawab produsen yang diperluas (EPR)— yang dapat mengurangi volume sampah plastik yang masuk ke sistem sungai sejak awal.

Baca juga:   Jerman Dipecundangi Belanda Saat Tanding di Hamburg

Lebih lanjut, mengurangi tekanan pada sungai membutuhkan penataan ulang pembangunan perkotaan dan pedesaan. Hal ini mencakup pembuatan zona penyangga riparian, pemulihan lahan basah yang terdegradasi, serta dukungan terhadap mata pencaharian alternatif yang bergantung pada sungai yang sehat—seperti ekowisata, akuakultur berbasis masyarakat, dan agroforestri di tepi sungai. (Krisis Sungai)

Sungai Sebagai Penopang Kehidupan

Sungai-sungai di Indonesia telah lama menopang kehidupan, mata pencaharian, dan identitas lokal. Semoga Hari Sungai Nasional tahun ini, yang diperingat setiap tanggal 27 Juli tidak hanya menjadi peringatan. Tetapi juga sebagai seruan untuk bertindak. Sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, “Mengakhiri Polusi Plastik”, sekaranglah saatnya untuk berkomitmen pada solusi nyata. Dengan demikian, kita turut memastikan bahwa sungai terus berfungsi sebagai penyangga kehidupan—bukan simbol kelalaian kita. (han)

Print Friendly, PDF & Email
Editor: Hanna Hanifah
Tags: Belantara FoundationDegradasi LingkunganHari Sungai NasionalKrisis EkologiKrisis SungaiPolusi Sampahsungai


Related Posts

gajah sumatra
HEADLINE

Belantara Foundation dan Universitas Pakuan Dorong Koeksistensi Manusia-Gajah Sumatra

21 Oktober 2025
Belantara Foundation
PASNUSANTARA

Belantara Foundation Bahas Krisis Biodiversitas di IUCN World Congress

16 Oktober 2025
Belantara Foundation
HEADLINE

Belantara Foundation Teken Kerja Sama Konservasi Gajah Sumatra di Abu Dhabi

13 Oktober 2025

Categories

  • CAHAYA PASUNDAN
  • HEADLINE
  • PASBANDUNG
  • PASBISNIS
  • PASBUDAYA
  • PASDUNIA
  • PASFINANSIAL
  • PASGALERI
  • PASHIBURAN
  • PASJABAR
  • PASKESEHATAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASOLAHRAGA
  • PASPENDIDIKAN
  • PASTV
  • PASVIRAL
  • RUANG OPINI
  • TOKOH
  • Uncategorized
No Result
View All Result

Trending

jadwal motogp valencia 2025
HEADLINE

Jadwal Lengkap MotoGP Valencia 2025: Pekan Penutup Musim

15 November 2025

WWW.PASJABAR.COM - Jadwal pekan balap MotoGP Valencia 2025 akan digelar di Sirkuit Ricardo Tormo, Spanyol, pada 14–16...

Jorge Martin

Jorge Martin Pilih Bermain Aman di Hari Pertama MotoGP Valencia

15 November 2025
PUBG Mobile Balenciaga

PUBG Mobile Gandeng Balenciaga Hadirkan Konten Fesyen Eksklusif

15 November 2025
Teh Herbal Dinilai Efektif Bantu Tubuh Hadapi Polusi Udara

Teh Herbal Dinilai Efektif Bantu Tubuh Hadapi Polusi Udara

15 November 2025
oneplus 15

OnePlus 15 Hadirkan Desain Baru dan Sistem Kamera Internal

15 November 2025

Highlights

Teh Herbal Dinilai Efektif Bantu Tubuh Hadapi Polusi Udara

OnePlus 15 Hadirkan Desain Baru dan Sistem Kamera Internal

Film Dopamin Raih Antusiasme Tinggi dan Jadi Perbincangan Penonton

DPMKP Ingatkan Risiko Kebakaran Tetap Tinggi Meski Sudah Hujan

Minangkabau & International Culinary Expo 2025 Ramaikan Bandung

Penelitian Ungkap Otak Lebih Tajam Saat Lelah pada Malam Hari

PASJABAR

© 2018 www.pasjabar.com

Navigate Site

  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Alamat Redaksi & Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI

© 2018 www.pasjabar.com

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.