BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–Dosen Program Studi Pariwisata Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI), Dr. Diaz Pranita mengungkapkan bahwa wisata mistis atau wisata hantu dapat menjadi wisata yang dikembangkan karena digemari masyarakat.
Masyarakat di Indonesia yang menyukai hal-hal berbabu mistis membuat wisata jenis ini berpeluang untuk digandrungi orang-orang yang rasa ingin tahunya tergelitik.
Selain Wisata mistis, ada delapan wisata minat khusus potensial lainnya adalah Wisata Perdesaan, Wisata Pendakian Gunung dan Olahraga Paralayang, Wisata Olahraga Marathon, Wisata Bahari Kapal Layar (yachting) dan Selam (diving), Wisata Olahraga Arung Jeram, Wisata Gua dan Paramotor, Ekowisata, serta Wisata Relawan (voluntourism).
“Seminar tempo lalu ingin memberi gambaran kepada khalayak kalau saat ini permintaan pariwisata juga berubah dari mass dan low content menjadi niche, customize dan high content. Jadi industri pariwisata harus terus menggali pasar yang potensial dengan minat khususnya seperti apa,” kata Diaz, dikutip dari Antara, Minggu (14/3/2021).
Diaz menjelaskan, wisata hantu bisa ditemui di banyak negara di dunia, mulai dari Inggris, Prancis hingga Jerman. Wisata hantu tumbuh sebagai bagian dari “dark tourism”, masa gelap yang pernah dialami banyak negara, seperti peperangan dan genosida.
Sejarah gelap dari suatu tempat yang terjadi di masa lalu bisa dikemas jadi cerita dan pengalaman unik yang menarik untuk ditelusuri, tentunya tanpa meninggalkan edukasi mengenai cerita moral di baliknya ketika disuguhkan kepada turis.
“Apalagi budaya nenek moyang kita animisme dan dinamisme juga sangat mistis,” ujar dia.
Ada banyak tempat yang berpotensi diangkat sebagai tujuan wisata hantu, yakni daerah-daerah yang punya pengalaman gelap di masa lampau, atau kawasan yang bisa dikaitkan dengan budaya serta hal-hal mistis. Diaz berpendapat, hampir semua tempat di Indonesia pasti punya cerita yang terkait dengan hal-hal tersebut.
“Misalnya Alas Purwo, Pelabuhan Ratu, Trunyan, Laut Selatan, Toraja,” katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan para ahli menyarankan untuk berhati-hati dalam mengembangkan tujuan wisata minat khusus ini agar tidak menjadi bumerang bagi daerah tersebut. Jangan sampai hal ini membuat orang-orang justru ogah mendatangi kawasan tersebut.
“Karena dasarnya setiap destinasi pasti ingin dikenal sebagai destinasi yang tumbuh, dinamis dan optimistis.”
Chief Operating Officer Atourin, Reza Permadi Halim, berpendapat wisata mistis menarik untuk diangkat meski tema ini lebih menarik bila dieksplorasi langsung ke lokasi, bukan lewat tur virtual. Senada dengan pernyataan Diaz, latar belakang dan cerita-cerita yang membuat bulu kuduk meremang tidak cukup dalam mengembangkan wisata jenis ini.
“Pengetahuan atau sejarah kelamnya juga harus ditonjolkan,” kata Reza, menambahkan tempat yang lekat dengan mitos-mitos juga berpotensi jadi tujuan wisata.
Hal lain yang harus dipikirkan adalah soal keselamatan peserta di lokasi. Penyelenggara harus memastikan keamanan seluruh peserta yang mengikuti tur tersebut. Beberapa waktu lalu, ada tur mistis di Jakarta yang salah satu tempatnya adalah perlintasan kereta dari Tragedi Bintaro 1987. Peserta nyaris celaka karena berada di sana ketika kereta masih melintas.
Ken Dea Wardani, pegiat wisata yang aktif berbagi pengalaman di Instagram, berpendapat wisata mistis memang menarik. Dia menuturkan, di luar negeri pun ada beberapa tempat yang mengundang rasa ingin tahu pelancong karena terkenal lewat tur horor.
“Tapi sepertinya cukup tur saja, enggak perlu uji nyali.” (*)