BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pasundan, mengikuti program magang di Bandung Independent School (BIS), yang berlokasi di kawasan Pasteur, Bandung.
Program magang di Bandung Independent School yang diikuti oleh 15 orang tersebut, dimulai pada bulan September dan berakhir pada bulan Desember ini.
Program magang ini bertujuan untuk mendapatkan pengalaman langsung di lingkungan pendidikan serta mengembangkan keterampilan mengajar.
Sejalan dengan hal itu, Delarosa selaku peserta magang mengungkapkan bahwa alasannya mengikuti magang ini adalah untuk mengaplikasikan teori yang telah dipelajarinya.
“Saya juga ingin meningkatkan keterampilan interpersonal dan professional dalam bidang pendidikan dan mengasah kemampuan berbahasa Inggris” ungkapnya.
Selama mengikuti magang, Delarosa berperan aktif dalam membantu pengajaran di kelas, merancang materi pembelajaran, serta mendampingi siswa dalam proses belajar sehari-hari.
Meskipun begitu, ia mengakui bahwa beradaptasi dengan kurikulum internasional yang diterapkan oleh BIS adalah salah satu tantangan yang dihadapinya.
“Untuk menghadapinya, saya banyak berdiskusi dengan guru pamong dan melakukan riset mandiri untuk memahami kurikulum tersebut” jelasnya.
Tidak hanya itu, program magang ini memberikan pengalaman yang berkesan bagi Delarosa ketika melihat perkembangan dan pencapaian siswa yang ia bantu.
“Saya terkesan melihat mereka memahami konsep yang diajarkan dan menunjukkan peningkatan prestasi akademik” tambahnya.
Hal Berksesan dan Harapan
Adapun menurut peserta magang lainnya, Widiana menyampaikan bahwa salah satu alasannya mengikuti magang.
“Kami sebagai mahasiswa semester akhir, mengikuti magang ini sekaligus untuk melakukan penilitian bahan skripsi nanti” ujarnya.
Memiliki perbedaan tugas, Widiana menjelaskan tugas utamanya yaitu membuat buku bahan ajar.
“Buku ini tidak hanya digunakan oleh siswa asing di BIS, tetapi rencananya buku ini juga akan disebar ke sekolah internasional yang ada di seluruh Indonesia” tuturnya.
Widiana menyebutkan bahwa kesulitan selama mengikuti magang ini adalah kendala bahasa.
“Saya belum terlalu mahir berbahasa inggris, jadi perlu berkomunikasi lebih dengan masyarakat BIS. Lalu pada saat membuat buku, saya mendapati kesulitan pada kosakata, karena kosakata yang digunakan adalah untuk mahasiswa asing.” jelasnya.
Hal yang paling berkesan bagi Widiana selama mengikuti magang adalah membuat produk berupa buku bahan ajar.
“Saya juga bertemu dengan guru-guru sekolah internasional yang ada di Indonesia, dan mereka juga mereview buku yang sudah saya tulis” tambahnya.
Harapannya setelah menyelesaikan program magang ini, Delarosa ingin terus mengembangkan kemampuan berbahasa inggris. Serta menerapkan ilmu dan pengalaman yang diperolehnya kepada siswa-siswa lainnya.
Sedangkan harapan Widiana, yaitu ingin buku yang telah dibuatnya dapat digunakan oleh sekolah internasional.
“Semoga saya dapat kembali ke Bandung Independent school, sebagai pengajar atau staff disana” tutupnya. (imelda/diana)